Bilik-bilik seluas 2,5 meter persegi itu ditempati keluarga yang punya lansia, ibu hamil, balita, anak-anak dan penyandang disabilitas.
Di Desa Deyangan untuk menampung warga Dusun Trono Desa Krinjing, Pugeran dan Trayem. Sementara pengungsi di Desa Banyurojo adalah warga Dusun Babadan, Paten Kecamatan Dukun. Mereka semua itu warga yang tinggal di dekat puncak Merapi.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga memuji desain bilik penyekat untuk pengungsi tersebut. Hal itu disampaikan saat mengungsi barang pengungsi di Magelang hari Jumat (7/11/2020) kemarin.
Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto, Sabtu (7/11/2020) mengatakan barak ini sudah sesuai standar protokol kesehatan ada tempat cuci tangan, handsanitizer dan kami siapkan masker serta sudah dilakukan rapid tes.
Baca Juga: Update Aktivitas Merapi Terkini Sabtu 7 November 2020, Puncak Merapi Tertutup Kabut
Edy mengatakan warga mengungsi secara bertahap. Kelompok pengungsi pertama dilakukan kelompok usia rentan yakni anak-anak, ibu hamil, lansia, orang sakit, dan difabel.
"Dari Krinjing, Dusun Trono ada 50 orang, Trayem ada 50 orang dan Pugeran 60 orang. Mereka mengungsi dengan kendaraan mereka sendiri yang dikawal dengan ambulans. Dari Krinjing ini menuju Desa Deyangan," katanya.
Sementara itu salah satu pengungsi Samini,50, mengatakan merasa nyaman dengan kondisi pengungsian yang disiapkan. Sebab, semua pengungsi bersama keluarga masing-masing.
"Nyaman teng mriki, soale dipisah-pisah, saya sama cucu. Kalau anak saya tetap jaga di desa, tapi siang menengok ke sini," katanya.
Baca Juga: PP Muhammadiyah Turut Respon Kenaikan Status Merapi, Sejumlah Relawan dan Panti Asuhan Disiagakan