LAPAN Analisa Banjir di Masamba dari Citra Satelit

- 19 Juli 2020, 18:28 WIB
Analisa banjir Masamba, Luwu Utara oleh LAPAN.
Analisa banjir Masamba, Luwu Utara oleh LAPAN. /Bagus Kurniawan/(lapan)

PORTAL JOGJA - Pasca banjir yang menerjang Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) terus melakukan analisa dari data satelit.

Salah satunya adalah perubahan penutup lahan di Kabupaten Luwu Utara untuk mengungkap peristiwa banjir pada tanggal 13 Juli 2020 lalu.

Dikutip dari sirus resminya, dalam analisa LAPAN menggunakan data satelit Landsat yang sudah di mosaik bebas awan tahun 2010 dan tahun 2020. "Hasil analisa penutup lahan tersebut menunjukkan tidak ada perubahan yang cukup signifikan baik untuk penutup lahan hutan, pertanian, maupun lainnya," tulisnya

Baca Juga: Semifinal Piala FA, MU Versus Chelsea, Siapa yang Bakal Menang?

Hasil ini masih perlu dikaji lebih mendalam karena ada beberapa spot pembukaan lahan yang belum nampak jelas dari citra satelit yang digunakan. Diperlukan satelit resolusi yang lebih tinggi untuk analisa lebih lanjut.

Selain penutup lahan, tim LAPAN yang dikomandoi langsung oleh Deputi Bidang Penginderaan Jauh menganalisa curah hujan pada tanggal 11 sampai 13 Juli 2020. Dari data satelit Himawari – 8 dapat dilihat terdapat hujan dengan intensitas yang cukup lama pada tanggal 12 Juli 2020 dari sekitar jam 22.00 WITA sampai jam 6.00 WITA tanggal 13 Juli 2020.

Kemudian pada siang hari sekitar jam 13.00 WITA kembali terjadi hujan dengan intensitas yang lama sampai malam hari ketika terjadi bencana banjir bandang. Curah hujan membawa pengaruh yang signifikan sebagai pembawa material lumpur dan ranting pohon dari wilayah hulu sungai.

Baca Juga: Jelang Idul Adha, Harga Sapi di Pasar Prambanan Merangkak Naik

Tim LAPAN juga menganalisa struktur geomorfologi dan geologi di Kabupaten Luwu Utara yang memperlihatkan bahwa wilayah hulu sungai Sabbang, sungai Radda, dan sungai Masamba merupakan perbukitan yang sangat terjal dan kasar yang dibentuk dari patahan–patahan akibat proses tektonik pada masa lampau.

Banyaknya patahan yang terdapat diwilayah ini menyebabkan struktur batuan atau tanahnya tidak cukup kuat untuk mempertahankan posisinya.
"Hal ini menyebabkan mudah terjadi longsor yang apabila terakumulasi dapat terjadi banjir bandang," lanjutnya.

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Lapan.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah