Laut China Selatan Memanas, Amerika Kirim Pesawat Mata-mata Militer, Apa Reaksi China?

12 Desember 2020, 15:41 WIB
gambar ilustrasi, Ilustrasi pesawat tempur F-18 milik AS yang akan dibeli Indonesia oleh Menhan Prabowo /Kendalku/Pixabay

PORTAL JOGJA - Suasana di kawasan Laut China Selatan kembali memanas. Ketegangan di Laut Natuna Utara Laut China Selatan kembali muncul setelah Amerika Serikat (AS) terdeteksi mengirim pesawat mata-mata militer ke zona wilayah pertahanan udara China.

Hal diungkapkan oleh lembaga think tank pelacak penerbangan South China Sea Probing Initiative yang berbasis di Beijing.

Kawasan tersebut sampai saat ini masih menjadi obyek sengekat internasional terutama China denagn AS. Namun demikin beberapa negara tetangga di Asia Tenggara juga ikut terdampak dari sengketa tersebut seperti Indonesia dan Filipina.

Baca Juga: Lisa, Gajah Jinak Taman Nasional Tesso Nilo Lahirkan Anak Gajah Jantan

Indonesia karena di sebelah utara Kepulauan Natunaatau Laut Natuna Utara adalah berbatasan secara hukum internasional. Sedangkan Filipina di sebelah barat juga berbatasan dengan Laut China Selatansecara hukum internasional.

Sebagaimana diberitakan Pikiran-rakyat.com dalam artikel berjudul "Ketegangan Laut Natuna Utara Meletus Lagi, Pesawat Mata-Mata AS Kedapatan Terbang di Wilayah China".

South China Sea Probing Initiative mengatakan sebuah pesawat U-2S milik AS lepas landas dari Korea Selatan dan lewat di dekat pantai timur China.

Menurut laporan Newsweek, pesawat tersebut pada satu titik lewat dalam jarak sekitar 51 mil dari pantai China.

Baca Juga: Anak dan Menantu Jokowi Masih Unggul di Pilkada Solo dan Medan

South China Sea Probing Initiative sebagai lembaga pemikir Laut China Selatan mengatakan pesawat ini bukan pertama kalinya AS menerbangkan pesawat U-2 ke wilayah udara Beijing yang mengalami sengketa.

Dalam akun Twitternya, lembaga itu menyebutkan pesawat mata-mata AS terbang di wilayah timur China pada 10 Desember 2020.

"Sebelumnya pada bulan Agustus, sebuah (pesawat,red) U-2 pernah terbang ke zona larangan terbang yang sebelumnya dideklarasikan, di mana PLA melakukan latihan militer tembakan langsung," kata lembaga itu dalam cuitannya.

Mengutip Express, pesawat Lockheed U-2 yang juga dikenal sebagai 'Dragon Lady', telah dioperasikan oleh Angkatan Udara AS selama 65 tahun. Pesawat terbang pertama kali pada tahun 1955.

Baca Juga: Bukit Panguk Kediwung, Tawarkan Pesona Pemandangan Negeri Di Atas Awan

Meski usianya sudah lama, pesawat U-2 memiliki desain modular, yang berarti dapat dilengkapi dengan teknologi baru untuk memastikannya dapat menjalankan misi modern.

Pihak produsen Lockheed mengatakan pesawat U-2 memiliki peran 'intelijen, pengawasan, dan pengintaian' dan dapat beroperasi di ketinggian hingga 70.000 kaki.

Pada bulan Oktober, South China Sea Probing Initiative mengatakan bahwa AS mengirim antara tiga hingga lima pesawat militer ke Laut China Selatan setiap hari.

Hingga saat ini, belum ada tanggapan China terkait pengiriman pesawat mata-mata milik AS tersebut.

Baca Juga: Menteri BUMN Erick Thohir Tak Ingin Masyarakat Terjebak Dikotomi Vaksin China dan Amerika

Hubungan AS dan China diketahui semakin memburuk sepanjang tahun 2020. Kedua negara berselisih mulai dari perang dagang, teknologi, Laut China Selatan hingga pandemi virus corona.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran-rakyat.com)

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler