PORTAL JOGJA – Pernah mendengar tempe bosok ? Sepintas benda ini terdengar menjijikkan karena bermakna tempe yang bosok atau busuk. Namun dalam dunia kuliner tradisional Jawa, tempe bosok justru merupakan benda yang sering dicari.
Diantara masakan tradisional Jawa yang menggunakan tempe bosok adalah jangan (sayur) lodeh dan bobor. Ada pula yang menggunakannya sebagai bahan pembuatan mendol dan sambel tumpang. Bagi penikmatnya, jika dua masakan itu tidak dilengkapi dengan bumbu tempe bosok, maka terasa ada yang kurang.
Selain tempe bosok, ada juga yang disebut tempe semangit. Tempe semangit adalah tempe yang sudah melewati masa fermentasi yang ideal, yaitu 48 jam, namun belum terlalu lembek atau menjadi tempe bosok.
Baca Juga: Libur dan Cuti Bersama Akhir Tahun, Ayo Wisata Domestik Sehat dan Aman Covid-19 Bersama Traveloka
Tempe semangit biasanya kita temukan saat menyimpan tempe selama 3-4 hari. Proses menjadi tempe semangit ditandai dengan baunya yang agak menyengat. Selain itu, jamur tempe yang berwarna putih mulai berkurang dan berganti dengan warna agak kecoklatan,
Meski tempe semangit berbau agak menyengat, namun terasa lebih gurih dari tempe biasa. Saat tempe memasuki fase semangit, dapat dimasak untuk olahan jangan lombok ijo (sayur cabe hijau), oseng-oseng maupun sambal goreng.
Jika penyimpanan hingga 4-5 hari, biasanya tempe sudah semakin lembek dan coklat. Baunya pun lebih menyengat. Inilah yang disebut tempe bosok. Meski bosok atau busuk namun justru mampu menjadi penguat rasa dengan aroma dan citarasa yang khas.
Baca Juga: Guguran Lava Sejauh 700 Meter Terpantau Keluar dari Gunung Merapi, Mengarah Kali Senowo Magelang
Namun, jika akan menggunakan tempe bosok, sebaiknya perhatikan kondisi tempe baik-baik. Jika tempe bosok telah ditumbuhi larva-larva sebaiknya dibuang dan tidak dikonsumsi. Tempe bosok yang berair juga sebaiknya dihindari, karena dikhawatirkan menjadi tempat tumbuh bakteri patogen yang dapat mengganggu kesehatan pencernaan. ***