Panjat Tebing: Olahraga Mental Melawan Rasa Takut

- 8 Maret 2023, 11:17 WIB
Ilustrasi - Olahraga Panjat Tebing
Ilustrasi - Olahraga Panjat Tebing /Chandra Adi N/@portaljogja.com/

Harry Suliztiarto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu dan Deddy Hikmat adalah orang-orang yang berjasa dalam mempopulerkan olahraga ini di Indonesia.

Untuk mengembangkan olahraga ini secara profesional, maka pada 1988 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI menjalin kerja sama dengan Pusat Kebudayaan Prancis (CCF) dengan mengundang 3 pemanjat tebing profesional Prancis. Mereka adalah Patrick Berhault, Jean Baptiste Tribout dan Corrine Lebrune.

Federasi Panjat Tebing Gunung Indonesia (FPTGI) akhirnya resmi didirikan pada 1989. Peresmian tersebut menjadi tonggak kepopuleran panjat tebing di tanah air. Pada 1992 FPTGI kembali mengubah namanya agar menjadi lebih spesifik pada olahraga panjat tebing yaitu Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI). FPTI pada 1994 secara resmi diakui sebagai induk olahraga panjat tebing oleh Komite Olahraga Nasional Indonesia.

Meskipun menjadi olahraga di alam bebas dan bisa dinikmati oleh siapa saja, panjat tebing seperti juga olahraga yang lain, memiliki etika dan aturan tertentu. Hal ini tentu untuk tetap mempertahankan tantangan yang ditawarkan oleh medan panjat tersebut. Tantangan seperti itu menyebabkan olahraga ini memiliki risiko yang cukup tinggi. Faktor risiko inilah yang membuat seorang pemanjat tebing harus memiliki beberapa peralatan untuk meminimalkan kecelakaan.

Peralatan standar yang dibutuhkan adalah helm pelindung kepala, tali karmantel. Untuk menahan tali saat pemanjatan agar pemanjat tidak jatuh, dibutuhkan belay device. Beberapa jenis belay yang umum dikenal adalah ATC, Figure 8, dan Grigiri.

Baca Juga: Jokowi Soal Kebakaran Plumpang : Harus Diaudit Soal Tempat Berbahaya

Sebuah alat fenomenal yang ditemukan oleh Ray Jardine pada 1973 membuat para pemanjat tebing cukup terbantu. Spring Loaded Camming Device, biasa disebut cam, adalah alat yang dapat mengecil ketika ditarik, sehingga mudah dimasukkan ke celah tebing. Setelah dilepas kembali, akan mengambang mengikuti besar celah tebing. Selain itu, dibutuhkan juga bor tebing paku tebing. Meskipun menggunakan alat bantu, bukan berarti panjat tebing bebas risiko.

Keselamatan adalah hal yang tak bisa diabaikan oleh para pemanjat. Perlu persiapan fisik dan mental yang baik. Rasa gugup dan panik harus dibuang jauh-jauh ketika melakukan olahraga ini. Jika abai maka jangan berharap bisa berolahraga sambil menikmati sebuah pertarungan menaklukkan rasa takut untuk terus survive di tengah tantangan yang ditawarkan alam.***

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Kemenpora.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x