PORTAL JOGJA - Pneumonia Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit peradangan paru yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Gejala klinis yang muncul dari penyakit ini beragam, mulai seperti gejala flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala) sampai yang berkomplikasi berat (pneumonia atau sepsis).
Segala upaya pun dilakukan pemerintah hingga lapisan masyarakat agar dapat menekan angka penularan terpaparnya wabah yang sedang melanda seluruh dunia.
Baca Juga: 6 Penyakit Pasca Banjir Ini Harus Diwaspadai dan Bisa Dicegah
Mulai dari asupan makanan yang sehat, pola hidup yang baik, dan konsumsi vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.
Dikutip dari laman Eatthis.com, sebuah studi baru membuktikan, bahwa kekurangan vitamin D meningkatkan risiko seseorang untuk tertular COVID-19 sebesar 77% dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat nutrisi yang cukup. Namun, dari 60% yang terbukti memiliki kadar vitamin yang memadai, hanya 12% yang terinfeksi.
Seorang profesor kedokteran di University of Chicago, David O. Meltzer, menjelaskan bukti sebelumnya yang mendukung bahwa vitamin D dapat meningkatkan kekebalan bawaan (respons alami tubuh) dan adaptif (bagaimana sistem kekebalan menyesuaikan diri dengan patogen baru).
Baca Juga: Reformasi Sistem Hukum Arab Saudi, Putra Mahkota: Hukum Lama Menyakitkan, Terutama bagi Perempuan
“Vitamin D juga dapat mencegah peradangan berlebih yang merupakan bagian dari tantangan dalam menangani COVID-19 yang parah. Mengingat kekurangan vitamin D adalah hal biasa, suplementasi asupan vitamin D dapat mengurangi kemungkinan mengembangkan COVID-19," jelas Meltzer.
Lantas dimana kita bisa memperoleh vitamin D selain mengonsumsinya. Para peneliti mengatakan bahwa, kekurangan vitamin D dapat meningkat oleh banyak faktor yang dapat dikaitkan dengan risiko COVID-19.