PORTAL JOGJA - Ada cerita menarik dari suku haji di wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang belum banyak terceritakan saat ini.
Suku Haji (Aji) utamanya warga desa Kota Agung, Sukabumi, Karang Pandita, Sukarena, Surabaya, Kuripan (Kahuripan), Peninggiran, Tanjung Raya dan Sukarami mendiami wilayah eks Marga Haji Kabupaten OKU Selatan Propinsi Sumatera Selatan.
Sebagian ada juga berdiam di luar wilayah eks Marga Aji, misalnya berdiam di desa Lubar Kecamatan Simpang dan desa Rantau Panjang Kecamatan Muaradua OKU Selatan.
Suku ini populasinya terkecil di Kabupaten OKU Selatan (sensus BPS tahun 2019, populasinya di Kecamatan Buay Sandang Aji ditambah Kecamatan Tiga Dihaji hanya 28.092 jiwa dari total 361.085 jiwa penduduk OKU Selatan) artinya hanya 7,78 persen dari total populasi.
Baca Juga: Cerita Unik Tradisi 'Menyuling Hayam' Pada Masyarakat Suku Haji di Sumatera Selatan Saat Tanam Padi
Tapi walaupun sukunya kecil dan mendiami wilayah subur dan luas, ada juga yang merantau jauh dan mendirikan desa Palas Aji Kecamatan Palas Lampung Selatan pada tahun 1800-an.
Jauh sebelumnya, sebagian ada yang pindah dan membangun desa Gunung Kuripan Kecamatan Semidang Aji serta desa Tanjung Raya yang merupakan cikal-bakal desa Luhuk Leban dan desa Penyandingan Kecamatan Sosoh Buay Rayap Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Hal ini dingkapkan pengamat budaya Agustam Rachman yang kini tinggal di Sleman kepada Portaljogja.com. Ia melakukan wawancara dengan Landau Kadirun Yusuf, tokoh masyarakat Penyandingan.
Menurutnya sejarah suku ini erat kaitan dengan keruntuhan Majapahit pada abad 15 dimana seorang kerabat raja Majapahit yang bernama Rakian Sakti atau Puyang Negara/Rangkiang Sakti bersama rombongannya berjalan ke arah barat pulau Jawa lalu menyeberang ke pulau Sumatera, mereka mendarat di Muara Sungsang (sekarang masuk Kabupaten Banyuasin).