Network
PORTAL JOGJA - Mendengar istilah 'menyuling hayam (ayam)' banyak orang yang bingung dan tidak tahu, apa maksudnya "menyuling ayam".
Termasuk ketika saya bertanya pada Abun Pelajar SMU usia 17 tahun di desa Kuripan, Ogan Kemering Ulu (OKU) Selatan, Provinsi Sumatera Selatan.
Padahal tradisi "Menyuling Ayam" erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat suku Haji yang agraris karena sebagian besar adalah petani.
Tradisi "Menyuling Ayam" adalah memasang bambu kecil berlobang (biasanya diambil dari ranting bambu yang tipis, kira-kira sebesar telunjuk bayi) panjangnya sekitar 3 cm, diikatkan pada lobang hidung ayam, dengan posisi melintang menghalangi pandangan mata ayam tersebut.
Baca Juga: Lebong Tandai, Batavia Kecil di Bengkulu, Riwayatmu Dulu Kota Bekas Tambang Emas
Tradisi itu dilakukan ketika musim menanam padi darat (bukan sawah) sehabis padi ditugal (ditanam) maka jika pemilik ladang memiliki banyak peliharaan ayam maka ayam-ayam tersebut akan diberi suling. Tujuannya adalah supaya benih padi yang ditanam tidak dimakan ayam.
Sampai pada usia padi sekitar 3 mingguan (ketika daun padi panjangnya 5 cm istilahnya ngeghambai pipit) barulah suling-suling ayam tersebut dilepas.
Hal yang sama dilakukan oleh para petani padi sawah jika menjelang panen (padi sudah mulai berubah warna dari kehijauan menjadi kuning).
Tapi ini dilakukan jika banyak padi yang roboh dikarenakan angin kencang (masyarakat suku Haji menyebutnya padi teghop). Jika ayam tidak "disuling" maka dikhawatirkan padi-padi tersebut akan habis dimakan ayam.
Sebenarnya walaupun ayam diberi suling ayam tersebut masih bisa makan. Hanya saja karena pandangannya terbatas karena terhalang bambu suling itu maka jika ayam tersebut makan ketika mematuk makanan sering tidak kena sasaran. Tak heran ayam yang disuling tubuhnya akan kurus karena kurangnya asupan makanan.
Baca Juga: 3 Hal yang Penting Dihindari Saat Pakai Gadget Agar Awet dan Tahan Lama, Lakukan Langkah Berikut
