Mengenal Subak, Sistem Irigasi Warisan Budaya yang Ada di Bali

19 Februari 2023, 06:12 WIB
Ilustrasi - Pertanian dengan sistem subak /Dokumentasi : kemenparekraf.go.id/

PORTAL JOGJA - Kalau kamu liburan ke Bali jangan lewatkan untuk pemandangan sawah yang ada di dataran tinggi. Kamu bisa melihat indahnya ribuan hektar sawah hijau yang terhampar luas bertingkat-tingkat yang sering kita disebut sengkedan. Uniknya, sistem pengairan sawah menggunakan sistem Subak yang merupakan warisan budaya leluhur umat Hindu di Bali.

Bali memang diberkahi dengan 150 aliran sungai yang sepanjang tahunnya dapat mengairi persawahan di seluruh penjuru Bali. Namun demikian, irigasi sawah tidak akan berfungsi dengan baik jika tak ada andil manusia di dalamnya. Prasasti sejarah mencatat, tahun 994 Masehi terdapat penggalian terowongan irigasi yang kompleks dan sudah dilengkapi dengan jaringan kanal yang mampu mendistribusikan air ke persawahan secara langsung.

Jika kalian berkunjung ke daerah Tegallalang, yang terletak sekitar 15 km sebelah utara Ubud atau ke lereng timur Gunung Agung di Amlapura dekat Desa Abang, dan saksikanlah pemandangan sawah hijau yang menakjubkan bertahta di atas lembah dan pegunungan yang megah.

Baca Juga: Biaya Haji Disepakati Rata-rata Rp90 Juta, Menag Ingatkan Keberlangsungan Nilai Manfaat

SUBAK

Uniknya, sistem irigasi Bali yang kompleks ini bukan berasal dari perintah sang raja, akan tetapi buah kerja keras dan kerjasama dari para penduduk desa. Karena para petani bergantung pada sistem irigasi yang baik, maka mereka membentuk sistem irigasi bersama atau yang disebut dengan Subak. Sistem unik ini telah turun temurun selama lebih dari seribu tahun, yang hasilnya masih dapat kita nikmati melalui pemandangan terasering dan persawahan yang indah di Bali saat ini.

Melalui sistem Subak, setiap sawah dari petani diairi dari satu bendungan yang sama. Setiap petani adalah anggota Subak, dan kepala Subak yang disebut Klian Subak dipilih oleh anggotanya. Subak terhubung dengan pura masceti atau pura pegunungan yang berada di bawah dua pura danau. Pura tersebut adalah Pura Batu Kau yang mengatur irigasi di bagian barat dan Pura Ulun Danu yang mengatur irigasi daerah utara, timur, dan selatan

Pura Air mengadakan festival setiap 105 hari, sesuai dengan 105 hari musim tanam padi di Bali. Siklus ini juga menandakan waktu pembukaan dan penutupan pintu air kanal dimana penanaman telah mantap serta air telah dialokasikan dengan efisien dan adil.

Setiap keputusan yang berkaitan dengan penanaman padi akan dibahas dalam musyawarah Subak. Dalam forum ini, anggota juga akan memutuskan kapan akan memulai penanaman. Petani kemudian akan memulai menanam secara berurutan tiap 10 hari.

Tiap subak terhubung dengan sawah yang dialirinya. Sedangkan, lahan lainnya atau yang dikenal dengan tegalan menggunakan air hujan sebagai sumber airnya.

Di Indonesia, terutama pulau Jawa dan Bali, beras tidak hanya menjadi makanan pokok, Namun, beras juga merupakan bagian penting dari hampir setiap upacara keagamaan maupun upacara sosial. Karena sangat penting, masyarakat pulau Jawa dan Bali sangat menghormati sang dewi padi yaitu Bhatari Sri.

Baca Juga: Pesan Menag Yaqut Cholil Qoumas dalam Peringatan Isra’ Miraj 1444 Hijriyah

Subak adalah budaya unik sekaligus sebuah manifestasi dari doktrin kosmologi Tri Hita Karana Bali yang menggabungkan nilai-nilai tradisional yang sakral dengan sistem yang sangat terorganisir. Subak adalah contoh kecil dari kepercayaan asli Bali bahwa manusia harus selalu menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta dalam kehidupan sehari-hari.

Ya, melalui situs panorama budaya Subak, kita diajak untuk melihat betapa Bali sangat menjunjung tinggi paham kosmologinya dan turut diimplementasikan dalam kehidupan sehari-harinya melalui perencanaan tata ruang dan penggunaan lahan, penataan permukiman, arsitektur, upacara dan ritual, seni, serta organisasi sosial sehingga mampu menghasilkan panorama budaya yang sangat indah, termasuk Subak.

Karena alasan tersebutlah, UNESCO telah menetapkan Subak sebagai Warisan Dunia.***

Editor: Chandra Adi N

Sumber: indonesia.travel

Tags

Terkini

Terpopuler