PORTAL JOGJA – Menteri Agama RI Yaqut Cholil Qoumas secara khusus memberikan pesan perayaan Isra Mikraj terhadap seluruh umat muslim di Indonesia. Dikutip dari situs resmi Kemenag berikut ini adalah pesan tulisan Menag yang berjudul “Isra Mikraj, Salat, Agama dan Kemanusiaan”
Pada malam 27 Rajab, Nabi Muhammad SAW diperjalankan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga ke Sidratil Muntaha. Peristiwa ini disebut dengan Isra dan Mi’raj.
Isra Mikraj adalah tonggak sejarah Islam dan kenabian Muhammad SAW. Diawali dengan duka teramat dalam atas wafatnya dua sosok yang selalu memberikan dukungan dakwah beliau, yakni sang paman Abu Thalib bin Abdul Muthallib dan sang istri, Sayyidah Khadijah RA, Allah memperjalankannya dalam peristiwa agung.
Baca Juga: Hanya Ada 4 Warna Paspor di Dunia Mau Tau Apa Aja ? Ternyata Ini Alasannya
Isra’ mi’raj juga menjadi tonggak lahirnya perintah salat lima waktu. Ibadah salat merupakan inti kepatuhan yang terhimpun dua kesalehan, yaitu kesalehan individual dan kesalehan sosial. Ibadah salat yang diawali dengan kekuatan tauhid “Allahu Akbar”, menjadi wujud komitmen ketauhidan dan komitmen kepatuhan secara totalitas kepada Allah SWT.
Salat juga ditutup dengan kalimat salam “assalaamu’alaikum wa rahmatullah” ke kanan dan ke kiri, menjadi wujud komitmen kedamaian, komitmen persaudaraan, komitmen kerukunan, dan komitmen merekatkan ikatan kemanusiaan.
Komitmen keimanan memberikan pengaruh positif terhadap interaksi dengan seluruh makhluk dalam menebarkan harmoni kehidupan. Sementara kesalehan sosial menjadi barometer kualitas ibadah salat. Karena salat sejatinya mencegah diri dari perbuatan keji dan munkar.
Baca Juga: Kemenag Buka Seleksi Program Beasiswa Santri 2023, Pendaftaran via Aplikasi Pusaka
Pesan di balik perintah salat adalah bahwa hubungan agama dan kemanusiaan hidup berdampingan. Agama hadir dengan misi membebaskan manusia dari segala belenggu keburukan, kejahatan dan kerusakan moral. Agama dan kemanusiaan bukan untuk dihadap-hadapkan, apalagi dibeda-bedakan. Agama justru datang untuk kemanusiaan. Agama datang untuk memanusiakan manusia, dengan cara memelihara agamanya, jiwanya, akalnya, kehormatannya dan hartanya.
Sebagai bangsa yang dianugerahi keragaman bahasa, budaya hingga agama, bangsa Indonesia patut bersyukur masih diberikan kekuatan menjaga kerukunan. Keragaman tak lantas menjadikan bangsa Indonesia terbelah dan berkonflik, namun justru semakin meneguhkan komitmen kebangsaan.