Mayat Korban Covid-19 Dikremasi di Taman Umum di India, Bagian Dari Pemakaman Darurat

- 29 April 2021, 11:53 WIB
ilustrasi seorang perempuan yang melihat kremasi massal anggota keluarganya yang terjadi di New Delhi, India akibat Covid-19/Twitter Disasters Emergency Committee, DECymru
ilustrasi seorang perempuan yang melihat kremasi massal anggota keluarganya yang terjadi di New Delhi, India akibat Covid-19/Twitter Disasters Emergency Committee, DECymru /

PORTAL JOGJA - Saat ini India mencatat ada 204.812 kematian akibat Covid-19 dan negeri ini telah kewalahan menangani pemakaman para korban Covid-19.

Pihak berwenang di Delhi telah dipaksa untuk membangun tumpukan kayu untuk pemakaman darurat alias kremasi di taman umum.

Hal ini disebabkan karena krematorium di kota ini sudah tidak mampu menampung banyaknya mayat yang menunggu untuk dibakar.

Baca Juga: Kapasitas Untuk Pasien Covid-19 di Rumah Sakit Swasta Malaysia Hampir Habis

Media sosial dibanjiri dengan gambar orang-orang yang membakar tubuh orang yang mereka cintai yang meninggal karena Covid-19.

Sebagian besar krematorium di ibu kota India ini telah bekerja di luar kapasitas mereka.

Laporan berita lokal menunjukkan gambar mayat berbaris dalam antrian di pusat kremasi dan orang-orang dipaksa menunggu lebih dari 20 jam untuk mendapatkan ruang untuk mengkremasi jenazah kerabat mereka.

Baca Juga: Ustad Abdul Somad Menikah untuk Kedua Kalinya, Artis-artis Ramai Kasih Ucapan Selamat

Salah satu solusi untuk menangani kebutuhan untuk kremasi adalah pihak berwenang membuat tumpukan kayu berjejer di lokasi pemakaman agar mayat yang hendak dikremasi tidak perlu menunggu lama antri berjam-jam di tempat krematorium sehingga beresiko terpapar virus Covid-19.

Selain itu mereka juga menggunakan ruang terbuka yang tersedia, seperti area parkir atau taman terdekat untuk membuat tumpukan kayu sebagai tempat kremasi mayat.

Laporan-laporan mengatakan para pejabat juga sedang menjajaki kemungkinan menempatkan tumpukan kayu baru di dekat dasar sungai sungai Yamuna.

Staf petugas kesehatan, ambulan dan pekerja di krematorium terlihat kelelahan karena terlalu banyak bekerja di krematorium yang berlangsung dari pagi ke malam.

Karena itu beberapa anggota keluarga terlihat membantu mereka menyiapkan tumpukan kayu , tanpa baju medis yang diperlukan.

Rumah sakit di India diserbu pasien Covid-19 yang berusaha mendapatkan tempat tidur sedangkan kapasitas rumah sakit telah meluap.

Apotek pun tak luput dari serbuan pasien dan kerabatnya untuk mendapatkan obat-obatan seiring kondisi yang semakin kritis. Mereka juga menyerbu lokasi untuk mendapatkan oksigen dan mengisi ulang tabung oksigen kosong. Namun, permintaan tinggi dengan jumlah supply yang terbatas.

Sementara itu Menteri Kesehatan India, Harsh Vardhan, masih terlihat optimis dengan kemampuan negaranya untuk menangani pandemi Covid-19 gelombang kedua ini.

“Negara ini lebih siap secara mental dan fisik dengan lebih banyak pengalaman daripada ketika gelombang pertama pandemi tahun 2020,” ujar Vardhan seperti ditulis The Independent dan dikutip Portaljogja.com.

Ada banyak kritik atas pernyataannya di media sosial, karena masyarakat melihat hal yang sama sekali berbeda di lapangan.

Pada hari Rabu, 28 April 2021 pemerintah membuka pendaftaran vaksin untuk orang-orang yang berusia antara 18 dan 45 tahun.

Namun portal online untuk mendaftar mengalami gangguan teknis yang membuat proses pendaftaran terhenti.

Orang-orang juga khawatir bahwa mereka tidak akan mendapatkan vaksin karena masalah pasokan vaksin yang kurang dan akan berlangsung selama berbulan-bulan ke depan.

Adar Poonawalla, kepala Serum Institute of India, perusahaan yang memproduksi vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh AstraZeneca bersama Universitas Oxford, mengumumkan penurunan harga vaksin Covid-19 untuk membantu menyelamatkan banyak nyawa.

“Sebagai tindakan filantropis atas nama [Serum Institute of India], dengan ini saya menurunkan harga ke negara bagian dari Rs 400 (Rp77.900) menjadi Rs 300 (Rp58.400) per dosis, berlaku segera,” ujarnya.

“Ini akan memungkinkan lebih banyak vaksinasi dan menyelamatkan nyawa yang tak terhitung jumlahnya,” cuit Poonawalla dalam akun Twitternya.

Hal ini dilakukan di tengah kritik masyarakat bahwa dirinya mencoba mendapatkan keuntungan dari penjualan vaksin pada masa pandemi ini.***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: The Independent


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x