Beberapa faktor yang melatarbelakangi penurunan angka kelahiran anak didorong dari meningkatnya biaya perawatan kesehatan, pendidikan, perumahan. Hal ini diperparah dengan pandemi Covid-19 yang membuat ekonomi semakin tidak menentu.
Baca Juga: Bocoran Sinopsis Ikatan Cinta 20 April 2021: Mama Rsa Tetap Curiga Soal Makam Roy, Al Tetap Bongkar
Unggahan di media sosial China dengan tagar ‘Bagaimana mengeluarkan China dari perangkap kesuburan rendah’ telah dilihat 120 juta kali pada Selasa, 20 April 2021 mengaitkan tingkat kesuburan yang rendah dengan biaya hidup yang tinggi, sementara yang lain mengatakan norma sosial berubah.
“Penurunan tingkat kesuburan sebenarnya mencerminkan kemajuan dalam berpikir orang China, perempuan bukan lagi alat kesuburan," tulis seorang pengguna Weibo, akun media sosial serupa Twitter di China.
Saat ini sekitar seperlima warga China berusia 60 ke atas, atau sekitar 250 juta orang. Berkurangnya angka kelahiran yang diiringi dengan jumlah lansia yang tinggi merupakan hambatan kebijakan bagi para pemimpin China
Baca Juga: Nicolas Saputra Trending Gara-Gara Vaksin Covid-19, Fiersa Besari Komentari Begini
Pemerintah berjanji untuk menjamin perawatan kesehatan dan pembayaran pensiun, sedangkan produktivitas angkatan kerja China menurun.
Akibatnya, pemerintah China mulai mencari langkah untuk menaikkan angka kelahiran anak kembali.
“Kami akan menerapkan strategi nasional untuk mengatasi penuaan populasi, membuat kebijakan persalinan kami lebih inklusif, dan berupaya untuk mengurangi biaya melahirkan, mengasuh, dan pendidikan," kata Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional dalam laporan kerja tahunannya.
Namun, tidak semua orang setuju dengan hal itu.