400 Ribu Lebih Kasus Positif Covid-19 Harian di India Mencatat Rekor Tertinggi, Sudah Ada Peringatan Sebelumya

2 Mei 2021, 06:53 WIB
Ilustrasi tempat tertutup karena merupakan tempat penularan Covid-19 di India/Govind Krishnan/Unsplashpo /

PORTAL JOGJA - Pihak berwenang India melaporkan adanya 402.110 kasus positif Covid-19 baru dalam 24 jam selama Jumat, 30 April 2021.

Kasus ini merupakan rekor baru dalam peningkatan kasus Covid-19 harian di India, setelah selama 10 hari berturut-turut angka kasus Covid-19 berada terus di atas kisaran 300 ribu per hari.

Sebuah forum ilmuwan telah memperingatkan pemerintah India mengenai adanya varian virus covid-19 baru yang lebih menular pada bulan Maret 2021. Sebelum kasus positif covid-19 melonjak tajam.

Baca Juga: 10 Negara Afrika yang Alami Kudeta Militer Hingga Kini, Tercatat Ada 200 Kudeta, 80 Kudeta Berhasil

Setelah mengalami angka positif dan angka kematian yang bertubi-tubi pada awal April 2021, India mencoba meredam kasus penularan Covid-19 dengan melakukan vaksinasi besar-besaran. Sayang jumlah dosis yang tersedia sangat terbatas.

Lonjakan kasus positif Covid-19 di India diiringi dengan meningkatnya jumlah kematian sebanyak 3.522 korban jiwa, hanya pada hari Jumat, 30 April 2021 saja menurut Worldmeters.info.

Kasus positif Covid-19 melonjak pada awal April 2021. Beberapa ahli menyalahkan upacara keagamaan massal dan kampanye politik yang abai terhadap protokol kesehatan dan menyebabkan bermulanya gelombang kedua di India yang lebih parah daripada gelombang pertama.

Pemerintahan di bawah Perdana Menteri Narendra Modi sebelumnya telah diperingatkan oleh sejumlah ilmuwan pada bulan Maret 2021 mengenai adanya varian covid-19 baru yang lebih menular di India menurut lima ilmuwan kepada Reuters dan dikutip Portaljogja.com.

Meskipun telah diperingatkan, namun pemerintah tidak memberlakukan lockdown atau pencegahan lainnya untuk meredam penyebaran virus tersebut.

Jutaan orang, sebagian besar tanpa memakai masker, duduk berdekatan, terlihat menghadiri kampanye politik yang dilakukan partai BHJ yang berkuasa dan pendukung PM Modi.

Akibatnya, lonjakan infeksi telah membanjiri rumah sakit, kamar mayat, dan krematorium, serta membuat banyak keluarga berebut untuk mendapatkan obat-obatan langka dan oksigen.

Virus covid-19 yang tadinya hanya menyerang sedikit sekali anak-anak, kini mengalami lonjakan yang menimpa pasien anak.

Meskipun India adalah salah satu produsen vaksin Covid-19 yang bekerjasama dengan perusahaan Astrazeneca, namun saat ini merekapun kekurangan stok dosis suntikan.

Ini menyebabkan program vaksinasi yang didorong pemerintah setelah lonjakan kasus, terhambat karena kekurangan pasokan.

Ratusan orang terlihat mengantri untuk mendapatkan vaksin dan memenuhi tempat-tempat vaksinasi. Namun hanya beberapa yang bisa mendapatkannya.

Beberapa dosis tambahan telah dikirimkan ke India, diantaranya adalah vaksin Sputnik-V dari Rusia, dan jutaan dosis lainnya akan menyusul.

Selain bermasalah dengan vaksin, Delhi juga bermasalah dengan kurangnya pasokan oksigen. Hanya sepertiga pasokan oksigen yang tersedia dari jumlah total 976 ton oksigen.

Di Rumah Sakit Batra, media lokal melaporkan bahwa delapan orang termasuk seorang dokter meninggal pada hari Sabtu setelah fasilitas tersebut kehabisan oksigen.

“Delhi membutuhkan 976 ton oksigen dan kemarin hanya diberikan 312 ton oksigen. Bagaimana bisa Delhi bertahan hanya dengan menghirup oksigen serendah itu?” cuit Kejriwal, Ketua Menteri Ketujuh Delhi.

“Kami melakukan semaksimal mungkin yang dapat dilakukan manusia,” ujar penasihat bagi pemerintah federal Delhi ketika diminta untuk mengalokasikan pasokan oksigen untuk rumah sakit Batra, Delhi.

Para pasien positif covid-19 terpaksa ditolak oleh berbagai rumah sakit akibat semua tempat tidur mereka telah terisi penuh.

Vijay Gupta yang berusia 62 tahun kembali ditolak oleh Rumah Sakit Keluarga Suci, sebuah fasilitas swasta nirlaba di tenggara New Delhi, karena kapasitas 385 tempat tidurnya telah terisi penuh.

“Kami sudah berkeliling sejak jam 6 pagi untuk mencari tempat tidur, kemana kita akan pergi lagi?” ujar Rajkumar Khandelwal, teman Gupta.

Negara-negara di dunia juga telah melarang melarang sebagian besar perjalanan dari India, termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, Italia, dan Singapura. Kanada, Hong Kong dan Selandia Baru.***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: reuters

Tags

Terkini

Terpopuler