Pemerintah Jepang Beri Kompensasi Nyaris Rp6 Milyar Bila Meninggal Akibat Vaksin Covid-19

23 Februari 2021, 18:34 WIB
ilustrasi memakai masker di Jepang/Jeremy Stenuit/Unsplash /

PORTAL JOGJA - Minggu lalu, 17 Februari 2021 Jepang memulai distribusi vaksin Covid-19 ke seluruh negeri. Negara Kaisar Naruhito ini menyatakan akan memberi kompensasi lebih dari 42 juta Yen atau setara dengan hampir Rp6 milyar bila vaksinasi berdampak pada kematian.

Vaksinasi Covid-19 Jepang dibanding negara maju lainnya seperti Inggris, Amerika Serikat, China ataupun Singapura, cenderung terlambat.

Jepang baru mulai mendistribusikan vaksin Covid-19 pada 17 Februari 2021. Inggris sudah mulai sejak Desember 2020.

Baca Juga: Ariel Noah Jelaskan Pentingnya Vaksin Covid-19, Netizien Beri Pujian : Mamang Idaman

Namun, meski tertinggal, negeri matahari terbit ini melakukan pengorganisiran pemberian vaksin yang sangat efektif dan efisien. Apalagi di tengah gempa bumi yang sempat melanda Jepang pada 13 Februari 2021 lalu.

Jepang memprioritaskan pemberian vaksin Covid-19 kepada staf medis, lansia, dan orang dengan kondisi kesehatan yang rentan.

Namun, meskipun memiliki sistem yang tepat, masalah lain dihadapi pemerintah Jepang. Ternyata, banyak orang Jepang ketakutan akan efek samping dari vaksin Covid-19.

Mereka lebih takut kepada tindakan pencegahan, seperti vaksin, daripada penyakit Covid-19 itu sendiri.

Baca Juga: Soroti Kemiskinan di Sumba Tengah NTT, Presiden Berharap Petani Bisa Panen Dua Kali Setahun

Padahal, pada hari Senin, 22 Februari 2021 tercatat penambahan 1.090 kasus positif Covid-19 dengan angka kematian bertambah 57 orang di Jepang.

Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang menyatakan akan memberikan sejumlah 44.200.000 Yen atau setara hampir Rp6 milyar kepada ahli waris dari penerima vaksin Covid-19 bila terbukti vaksin tersebut menyebabkan kematian.

Pemerintah juga bersedia menanggung biaya pemakaman hingga 209.000 yen atau sekitar Rp28 juta.

Ini sebenarnya adalah kebijakan lama kementerian yang mencakup segala jenis vaksinasi, tidak hanya Covid-19.

Baca Juga: Tips Berkendara Mobil Ketika Menembus Genangan Banjir, Jangan Panik saat Mogok

Namun, baru-baru ini kebijakan tersebut menjadi berita ketika diangkat oleh Menteri Kesehatan Norihisa Tamura, dalam rapat anggaran.

Masyarakat Jepang banyak yang terkejut dengan hal ini. Dilihat dari berbagai komentar yang beredar.

“Nah, itu baru berita! Ayo cepat mati! "

"Wow! Ia juga mengatakan Anda bisa mendapatkan lima juta yen (Rp670 juta) per tahun jika Anda akan cacat akibat vaksin. Saya suka peluang itu. "

Baca Juga: Hebat! Program Vaksin Covid-19 Turki Unggul dari Kebanyakan Negara Eropa

“Biarkan game kematian dimulai!”

“Kelihatannya sederhana, tetapi bukankah sulit untuk membuktikan bahwa sebenarnya vaksin yang menyebabkan kematian?”

Komentar terakhir itu menyedot perhatian lebih banyak.

Menurut laporan Diamond Online, ambiguitas efek samping vaksin cenderung menguntungkan para korban di pengadilan.

Akibatnya, perusahaan farmasi Jepang enggan memproduksi vaksin dalam beberapa tahun terakhir karena risiko finansial lebih besar daripada manfaatnya.

Kebijakan pemerintah tersebut mungkin lebih dimaksudkan untuk membujuk perusahaan Jepang untuk memproduksi vaksin Covid-19 mereka sendiri.

Baca Juga: Jakarta Perpanjang PPKM Skala Mikro Hingga 8 Maret, Wagub: Mampu Menekan Penyebaran Kasus Baru

Namun, Diamond Online juga menunjukkan bahwa bahkan setelah korban terdahulu menerima uang pemerintah, korban tersebut masih memiliki hak untuk mengejar perusahaan di pengadilan.

Namun diharapkan kebijakan ini setidaknya dapat meyakinkan lebih banyak orang untuk bersedia di vaksin Covid-19 karena pemerintah Jepang terlihat cukup percaya pada keamanan vaksin tersebut dengan mempertaruhkan uang mereka.

“Mungkin ini akan membantu lebih banyak orang mendapatkan suntikan," ujar salah satu warga.

Jepang telah menerima vaksin Pfizer- BioNTech pada Jumat 12 Februari 2021, sehari sebelum gempa Magnitudo 7,7 SR.

Selain Pfizer-BioNTech, Jepang juga menunggu vaksin Covid-19 dari Oxford-AstraZeneca dan Moderna dengan dosis yang cukup untuk 126 juta populasi.***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: Japan Today

Tags

Terkini

Terpopuler