Dampak Invasi Rsuai ke Ukraina, Perusahaan Barat Memilih Hengkag dari Moskow Salah Satunya McDonald's

- 16 Maret 2022, 04:31 WIB
Dokumentasi: Hari terakhir restoran McDonald's di Rusia ditutup, seorang pria yang diduga pelanggan setia melakukan protes.
Dokumentasi: Hari terakhir restoran McDonald's di Rusia ditutup, seorang pria yang diduga pelanggan setia melakukan protes. /Reuters/Moe Doiron/

PORTAL JOGJA - Semenjak pemerintah Putin menginvasi Ukraina memberi dampak luarbiasa pada perkembangan ekonomi dalam negeri Rusia.

Apalagi sesudah negara-negara Barat jatuhkan sanksi ekonomi Rusia membuat ekonominya makin tidak jelas. Hal terlihat dari deretan perusahaan Barat yang sudah lama operasi di wilayah memutuskan keluar dari negara itu.

McDonald’s, Rubel dan Paypal adalah beberapa deretan perusahaan barat yang memilih berhenti dan keluar dari Rusia dengan berbagai alasan.

McDonald’s pertama kali membuka pintunya di Moskow pada tahun 1990, lebih dari 30.000 orang Moskow mengantri di sepanjang Pushkin Square, berharap dapat mencicipi Barat untuk pertama kalinya.

Lebih dari tiga dekade kemudian, raksasa makanan cepat saji Amerika itu mengatakan untuk sementara menutup 847 lokasinya di seluruh Rusia.

Baca Juga: McD di Rusia Tutup, Warga Borong Burger dan Dijual Kembali Meski Dingin, Ini Harganya

Langkah itu dilakukan di tengah eksodus massal perusahaan-perusahaan besar Barat dari Rusia sejak negara itu melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari.

Dilansir portaljogja.com dari laman The Moscow Times bukan hanya McDonald’s yang memutuskan berhenti menjual produk di Moskow. Burberry merk terkenal Inggris juga memiliki keputusan yang sam.

Keputusan tersebut membuat ribuan pekerja Rusia menganggur dan ekonomi terpuruk. Semenjak invasi Ukraina, ekonomi negeri itu kehilangan banyak modal.

Hal tersebut terungkap pada sebuah studi yang diterbitkan oleh Yale mendaftarkan 250 perusahaan yang telah memutuskan hubungan dengan Rusia.

Semenjak itu, puluhan ribu kehilangan pekerjaan langsung telah terjadi untuk staf lokal di berbagai sektor seperti ritel, periklanan, dan layanan keuangan.

Baca Juga: Perang Rusia dengan Ukraina, Ini yang Akan Terjadi Selanjutnya oleh Pasukan Moskow

“Industri kami bergantung pada klien, tetapi semakin banyak perusahaan yang meninggalkan pasar Rusia, semakin sedikit pekerjaan yang kami miliki,” kata seorang spesialis PR.

Selain eksodus perusahaan-perusahaan Barat, sanksi berat dari Washington, London, dan Brussel telah membidik sektor keuangan Rusia, melumpuhkan Bank Sentralnya, dan memutus akses negara itu ke sistem pembayaran dan pengiriman uang internasional.

Rubel mencapai titik terendah sepanjang masa pada hari Senin, diperdagangkan dengan nyaman di bawah 150 terhadap dolar.

Hal menarik dari peristiwa eksodus perusahaan Barat di Rusia, yaitu PayPal yang akhirnya memutuskan berhenti beroperasi di Rusia. Tentu masalah ini membuat sebagian warga Rusia kehilangan pekerjaan.

Baca Juga: Kalina Ocktaranny Kunjungi Mama Een, Netizen Komentari Ekspresi Sang Ibu

Apalagi kartu Mastercard dan Visa tidak berfungsi membuat masalah baru bagi masyarakat Rusia. Pekerjaan makin sulit dicari dalam kondisi seperti ini.

Walaupun keadaan ekonomi makin buruk dan justru Kremlin menyebut risiko pengangguran telah diprediksi sebelumnya akibat sanksi ekonomi dari negara Barat.

“Meskipun kehilangan pekerjaan segera terjadi di sejumlah sektor, Kremlin telah menyatakan bahwa risiko pengangguran yang disebabkan oleh sanksi Barat telah diperhitungkan sebelumnya.

Bahkan menarik Kremlin menyebut mampu melewati krisis beberapa kali. Kemudian bila terjadi seperti sekarang banyak pengangguran akan terus diminimalkan tingkat pertmbuhan pengangguran.

Baca Juga: Ramalan Shio Anjing, Babi, Kerbau dan Kambing 16 Maret 2022: Investasi Konservatif Bakal Menguntungkan

“Kami telah melalui beberapa krisis. Setiap kali, tindakan tegas diambil untuk meminimalkan tingkat pertumbuhan pengangguran, kali ini juga akan terjadi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pekan lalu.

Bagaimanapun, transisi ini tidak diragukan lagi akan mengarah pada “penurunan tajam dalam pendapatan riil penduduk, dan karenanya, peningkatan kemiskinan,” tambahnya.

Sebuah studi oleh tim pembangkang Alexei Navalny yang dipenjara mengungkapkan tanda-tanda bahwa Rusia mulai sadar akan biaya ekonomi dari perang di Ukraina.

Survei tersebut, yang mensurvei 700 warga Moskow, menemukan bahwa dari 25 Februari-3 Maret, jumlah responden yang memandang konsekuensi ekonomi dari invasi sebagai “bencana kehancuran” telah meningkat dari 40% menjadi 60%.***

Editor: Bagus Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah