Stok Kedelai Aman, Masyarakat Masih Bisa Makan Tempe dan Tahu Lagi, Kemendag Sudah Menjamin

- 4 Januari 2021, 07:34 WIB
Tempe dan tahu salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia, Stok kedelai aman dan terjamin.
Tempe dan tahu salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia, Stok kedelai aman dan terjamin. /Bagus Kurniawan/Bagus Kurniawan/portaljogja.com

PORTAL JOGJA - Kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu sempat dikabarkan mengalami kenaikan hingga 35 persen.

Kenaikan harga bahan baku kedelai impor antara Rp9.000 sampai Rp10.000 per kilogram itu sempat membuat resah dan khawatir pengusaha tempe dan tahu di Jaboetabek.

Pengusaha dan perajin tempe dan tahu sempat mengancam mogok produksi. Mereka menuntut tdak ada kenaiakan harga dan stok terjamin.

Baca Juga: Positif Covid-19, Larry King Dilarikan ke Rumah Sakit

Baca Juga: Update Harga Emas Antam dan UBS Pedagaian Hari ini 4 Januari 2021

Padahal tempe dan tahu sebagai menu utama makanan Indonesia dan hampir semua daerah terdapat pengusaha dan perajin tempe dan tahu.

Sekjen Kementerian Perdagangan (Kemendag) Suhanto mengatakan bahwa stok kedelai cukup untuk kebutuhan industri tempe dan tahu nasional. Kemendag menjamin tempe dan tahu tetap tersedia di masyarakat.

Ketua Bidang Hukum Sedulur Perajin Tahu Indonesia (SPTI), Fajri Safii dalam keterangan tertulis yang dikutip Portal Jogja dari laman Antara, Sabtu 2 Januari 2021.

Fajri mengatakan harga kedelai yang bulan lalu hanya di kiasaran Rp.7000 sampai Rp.7.500 tetapi saat ini lonjakan harga kedelai mencapai kisaran Rp9.000 sampai Rp10.000.

Baca Juga: Benevento vs Milan: Menang 0-2 Rossoneri Kembali Puncaki Klasemen Seri A

Baca Juga: Kartu Prakerja Rencana Dimulai Lagi 2021, Masuk Gelombang 12, Siapkan Syarat-syaratnya

"Kenaikan harga kedelai sebesar itu menyebabkan para perajin tahu mogok produksi karena tidak sanggup lagi membeli kedelai," kata Fajri Safii.

"Kalau melihat Peraturan Menteri Perdagangan nomor: 24/M-DAG/PER/5/2013 tentang ketentuan import kedelai dalam rangka stabilitas harga kedelai.

Peraturan ini dianggap menghambat tumbuhnya importir-importir baru yang menyebabkan seseorang importir lama bisa semaunya menentukan harga, dan melakukan kesepakatan harga atau kesepakatan pembagian wilayah pemasaran.

Sementara, Ketua Umum Sahabat Perajin Tempe Pekalongan (SPTP) Indonesia, Haryanto mengaku tidak sedikit para perajin yang tergabung dalam organisasinya banyak yang terancam gulung tikar akibat kenaikan harga kedelai.

Perajin tempe dan tahu asal Pekalongan yang kini tinggal di Tangerang, itu berharap kepada pemerintah untuk bisa menekan kembali harga kedelai seperti semula.

"Dengan adanya kenaikan harga kacang kedelai impor yang sangat tinggi dari Rp7.000 menjadi Rp9.500 per kilonya telah menimbulkan keresahan. Lonjakan harga ini membuat para perajin gulung tikar. Kami berharap pemerintah bisa menstabilkan kembali harga seperti semula," kata Haryanto.

Baca Juga: Sidang Praperadilan Rizieq Shihab, PN Jakarta Selatan Minta Bantuan Polisi

Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam artikel berjudul "Sempat Hilang 3 Hari, Kemendag Jamin Stok Kedelai untuk Industri Tahu Tempe Tercukupi" pada 4 Januari 2021.

Kemendag telah melakukan koordinasi dengan importir kedelai, sehingga pengrajin dan masyarakat tidak perlu khawatir harga tempe dan tahu melonjak drastis.

"Kemendag terus mendorong dan berkomunikasi dengan para importir terkait stok kedelai. Yang pasti langkah kita melalui berbagai stakeholder dan perajin untuk tetap berproduksi," kata Suhanto di Jakarta pada Minggu 3 Januari 2021

Sebelumnya, setelah stop produksi selama tiga hari, dari 1 hingga 3 Januari 2021, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) akan berproduksi lagi mulai 4 Januari 2021 dengan penyesuaian harga.

"Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tempe dan tahu Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tempe dan tahu yang diproduksi oleh perajin," ujar Suhanto.

Baca Juga: Hari Ini 4 Januari 2021, Kemensos Salurkan 3 Jenis Bansos, Apa Saja dan Simak Disini

Berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sebanyak 450 ribu ton.

Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150 ribu ton hingga 160 ribu ton per bulan, maka stok tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dua sampai tiga bulan mendatang," katanya.

Pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD12,95 (sekitar Rp184.000) per bushels, naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92 (sekitar Rp169.000) per bushels.

Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar USD 461 (sekitar Rp6,5 juta) per ton, naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat USD 435 (sekitar Rp6,1 juta) per ton.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Mulai Didistribusikan ke Seluruh Indonesia, Ini Tahapan Vaksinasi

Menurut dia, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia karena lonjakan permintaan kedelai dari China kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia. Pada Desember 2020, permintaan kedelai untuk China naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.

Kondisi ini, lanjut dia, mengakibatkan berkurangnya kontainer di beberapa pelabuhan Amerika Serikat, seperti di Los Angeles, Long Beach, dan Savannah sehingga terjadi hambatan pasokan terhadap negara importir kedelai lain, termasuk Indonesia.

"Perlu antisipasi pasokan kedelai oleh para importir karena stok saat ini tidak dapat segera ditambah mengingat kondisi harga dunia dan pengapalan yang terbatas. Penyesuaian harga dimaksud secara psikologis diperkirakan akan berdampak pada harga di tingkat importir pada Desember 2020 sampai beberapa bulan mendatang," ungkapnya.

Baca Juga: Lirik dan Chord Gitar Padi - Menanti  Sebuah Jawaban

Suhanto berharap importir yang masih memiliki stok kedelai untuk dapat terus memasok secara rutin kepada anggota Gakoptindo dengan tidak menaikkan harga.

Berdasarkan data BPS, saat ini harga rata-rata nasional kedelai pada Desember 2020 sebesar Rp 11.298 per kilogram. Harga ini turun 0,37 persen dibanding November 2020 dan turun 8,54 persen dibandingkan Desember 2019.

"Kami mengapresiasi para anggota Gakoptindo yang tetap berproduksi dan telah membantu masyarakat dengan terus memasok tahu dan tempe untuk kebutuhan gizi terjangkau di saat pandemi ini," tutur Suhanto.

Baca Juga: Chelsea vs Man City : Pasukan Guardiola Menang 3-1 di Stamford Bridge

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Syailendra mengatakan, pihaknya telah melakukan pembicaraan dengan pengrajin tahu dan tempe di Semanan, Jakarta Barat. Para pengrajin sepakat untuk kembali memproduksi tempe dan tahu mulai besok.

"Senin Insya Allah sudah ada di pasar tahu dan tempe," ujar Syailendra.

Menurut dia, pihaknya sudah mendatangi tempat pengrajin tempe dan tahu. Kunjungan juga sekaligus mengecek ketersediaan stok kedelai impor yang ternyata mencukupi untuk dua hingga tiga bulan ke depan.

Baca Juga: Pendaftaran CPNS Tahun 2021 untuk Guru Melalui PPPK, Simak Penjelasan Info Lengkapnya

Dia memastikan tahu dan tempe akan kembali tersedia. Hanya saja akan ada kenaikan harga sebab harga bahan baku yakni kedelai impor yang ikut merangkak.

"Karena bahan baku dunia yang naik, otomatis harga tahu dan tempe ada penyesuaian," katanya.***(Satrio Widianto/Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Pikiran-Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah