"Kemendag terus mendorong dan berkomunikasi dengan para importir terkait stok kedelai. Yang pasti langkah kita melalui berbagai stakeholder dan perajin untuk tetap berproduksi," kata Suhanto di Jakarta pada Minggu 3 Januari 2021
Sebelumnya, setelah stop produksi selama tiga hari, dari 1 hingga 3 Januari 2021, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) akan berproduksi lagi mulai 4 Januari 2021 dengan penyesuaian harga.
"Kementerian Perdagangan terus mendukung industri tempe dan tahu Indonesia. Dengan penyesuaian harga, diharapkan masyarakat akan tetap dapat mengonsumsi tempe dan tahu yang diproduksi oleh perajin," ujar Suhanto.
Baca Juga: Hari Ini 4 Januari 2021, Kemensos Salurkan 3 Jenis Bansos, Apa Saja dan Simak Disini
Berdasarkan data Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), saat ini para importir selalu menyediakan stok kedelai di gudang importir sebanyak 450 ribu ton.
Apabila kebutuhan kedelai untuk para anggota Gakoptindo sebesar 150 ribu ton hingga 160 ribu ton per bulan, maka stok tersebut seharusnya masih cukup untuk memenuhi kebutuhan dua sampai tiga bulan mendatang," katanya.
Pada Desember 2020 harga kedelai dunia tercatat sebesar USD12,95 (sekitar Rp184.000) per bushels, naik 9 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat USD 11,92 (sekitar Rp169.000) per bushels.
Berdasarkan data The Food and Agriculture Organization (FAO), harga rata-rata kedelai pada Desember 2020 tercatat sebesar USD 461 (sekitar Rp6,5 juta) per ton, naik 6 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat USD 435 (sekitar Rp6,1 juta) per ton.
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Mulai Didistribusikan ke Seluruh Indonesia, Ini Tahapan Vaksinasi
Menurut dia, faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia karena lonjakan permintaan kedelai dari China kepada Amerika Serikat selaku eksportir kedelai terbesar dunia. Pada Desember 2020, permintaan kedelai untuk China naik dua kali lipat, yaitu dari 15 juta ton menjadi 30 juta ton.