Catatan Sejarah Aktivitas Gunung Merapi, Banyak Desa yang Hilang Hingga Korban Jiwa

- 25 November 2020, 06:50 WIB
Rel kereta api di jembatan Krasak Sleman putus pada tahun 1975 akibat terkena terjangan banjir lahar Gunung Merapi.
Rel kereta api di jembatan Krasak Sleman putus pada tahun 1975 akibat terkena terjangan banjir lahar Gunung Merapi. /Bagus Kurniawan/(portaljogja.com/Bagus Kurniawan)

PORTAL JOGJA - Sejak zaman Belanda, aktv=ivitas Gunung Merapi terus di pantau oleh vulkanolog atau ahli gunung api.

Aktivitas Gunung Merapi selalu tercatat dalam sejarah para vulkanolog sejak zaman Belanda hingga hari ini, Rabu 25 November 2020.

Berbagai ahli gunung api terus melakukan penelitian terhadap gunung api yang di perbatasan Jawa Tengah dan Yogyakarta. Gunung Merapi adalah salah satu gunung teraktif di dunia dan Indonesia.

Aktivitas Merapi selalu dipantau setiap waktu. Baik saat Merapi status Normal (level 1) aktif biasa, Waspada (leel 2), Siaga (level 3) dan Awas (level 4).

Baca Juga: Lowongan Kerja : BPR Jateng Butuhkan Beberapa Formasi Ini. Paling Lambat 30 November

Dalam catatan sejarah yang dirangkum dari berbagai sumber diantaranya buku "Merapi Volcano 2006" dan "Hidup Bersama Merapi", yang diterbitkan oleh Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) ada banyak dokumentasi foto yang menggambarkan bebagai peristiwa besar erupsi Gunung Merapi.

Dalam berbagai catatan Gunung Merapi melakukan aktivitas dikenal periode erupsi 3-5 tahun sekali. Namun sejak erupsi besar 2010 lalu, baru tahun 2020 ini Merapi kembali meningkat aktivitasnya. BPPTKG pun kemudian meningkatkan status menjadi level 3 siaga. Sebelumnya status waspada level 2 ditetapkan BPPTKG sejak pertengahan tahun 2018.

Berbagai peristiwa erupsi besar Gunung Merapi tercatat sejak sebelum tahun 1990-an. Namun ada banyak peristiwa erupsi besar yang terjadi hingga memakan ribuan jiwa. Salah satunya peristiwa erupsi 1930-an yang menewaskan lebih dai 1000 orang warga Magelang dan Boyolali, Jawa Tengah.

Baca Juga: Suara Gemuruh Dikira dari Gunung Merapi, Bikin Kaget Netizen di Yogyakarta dan Jateng, Info BMKG Ini

Tidak hanya itu, ada banyak dusun-dusun yang ada di lereng Merapi yang hilang karena terkena terjangan awan panas atau wedhus gembel.

Beberapa desa yang hilang itu antaranya di kawasan Kecamatan Selo, Boyolali. Bahkan pesanggarahan milik Kasunanan Keraton Surakarta yang di bangun masa Paku Buwono X di Selo juga rusak parah.

Setelah peristiwa itu kemudian Pos Pengamatan Selo kemudian dipindahkan hingga ke Jrakah seperti saat ini.

Sementara itu dalam ingatan warga lereng Merapi baik di Kabupaten Magelang, Boyolali, Jawa Tengah dan Sleman, Yogyakarta masih bisa menceritakan secara lisan. Peristiwa erupsi Merapi tahun 1970-an, 1994 hingga tahun 2010.

Dalam ingatan warga, peristiwa erupsi tahun 1970-an juga mengakibatkan beberapa desa di lereng Merapi wilayah Magelang hilang. Ada banyak korban sehingga pemerintah Indonesia sempat merelokasi warga Merapi untuk transmigrasi ke Lampung. Beberapa dusun yang hilang itu diantaranya di wilayah wilayah Kecamatan Srumbung.

Baca Juga: Rekomendasi Body Mist Murah, Harga Dibawah Rp 250 Ribu

Tidak hanya itu, pasca erupsi 170-an, ada peristiwa banjir lahar yang menerjang Kali Krasak hingga mengakibatkan jembatan Krasak di perbatasan Tempel Sleman dan Kecamatan Salam Kabupaten Magelang putus total.

Jalur rel kereta api Yogyakarta-Magelang juga putus sehingga memutuskan jalur kereta api yang dibangun sejak zaman Belanda.

Saat itu, hulu-hulu sungai di sekitar Gunung Merapi juga belum dibangun dam-dama untuk menampung material Merapi. Setelah peristiwa itu, zaman Presiden Suharto kemudian dibangunlah dam-dama di Meapi agar lahar tidak menerjang saat banjir.

Peristiwa erupsi besar lainnya adalah tahun 1994 yang mengakibatkan banyak warga Turgo Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman menjadi korban. Awan panas atau wedhus gember Merapi menerjang kawasan Turgo dan sebagian obyek wisata Kaliurang Kecamatan Pakem.

Awan panas masuk ke hulu Kali Boyong hingga menerjang dusun Turgo. Akibatnya banyak warga yang jadi korban karena saat itu tengah menghadiri hajatan pengantin.

Baca Juga: Ada Temuan Kasus Covid-19, Kantor Dinas Sosial Kota Yogyakarta Ditutup Sementara

Akibat perisriwa itu Pos Pengamatan Gunung Merapi yang ada di bukit Plawangan Kaliurang kemudian dipindahkan ke pos Kaliurang seperti yang ada saat ini.

Setelah erupsi 1994, Gunung Merapi kemudian melakukan erupsi lagi pada sekitar bulan Juli 1998 dengan guguran awan panas mengarah ke barat.

Tiga tahun berselang, Merapi kembali erupsi tahun 2001 tepatnya di bulan Februari. Arah guguran awan panas atau wedhus gembel menuju arah barat-barat laut. Peristiwa erupsi saat itu banyak terdokumentasi dari pos Babadan Magelang dan Jrakah Boyolali.

Lima tahun berselang, Merapi erupsi lagi pada pertengahan tahun 2006 yang mengarah ke selatan. Arah guguran awan panas atau wedhus gembel mulai tahun itu mengarah ke selatan ke hulu Kali Gendol yang ada di perbatasan Cangkringan Sleman dan Kemalang, Klaten.

Runtuhnya dinding kawah sisi selatan atau warga biasa menyebut Gegerboyo mengakibatkan arah guguran awan panas atau wedhus gembel kemudian dominan ke arah selatan atau hulu Kali Gendol. Jalur ini mejadi jalur utamaluncuran awan panas.

Baca Juga: 10,48 Juta Pekerja Telah Terima BLT Subsidi Gaji, Lakukan Hal ini Jika Masih Belum Peroleh Bantuan

Peristiwa erupsi 2006 ini material Merapi masuk menerjang hingga bumi perkemahan Bebeng yang mengakibatkan 2 orang relawan tewas terkubur dalam bunker Merapi.

Empat tahun kemudian pada akhir bulan Oktober 2010 Gunung Merapi kembali erupsi yang mengakibatkan banyak warga Kinahrejo Desa Umbulharja Kecamatan Cangkringan yang menjadi korban. Juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan juga ditemukan meninggal dunia dalam peristiwa itu di rumahnya.

Pada puncaknya pada tanggal 5 November 2010 itu, Gunung Merapi erupsi besar hingga memakan ratusan jiwa dan puluhan ribu warga harus mengungsi hingga radius 25 kilometer dari puncak. Awan panas menerjang kawasan dusun-dusun di dekat Kali Gendol hingga jarak lebih dari 12 kilometer dari puncak Merapi.

Jutaan orang baik yang tinggal di Kabupaten Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali diungsikan hingga lebih dari 25 kilometer dari puncak Merapi. Bahkan Bandara internasional Adisutjipto Yogyakarta tutup operasi beberapa hari karena terkena abu vulkanik Merapi.

Pasca erupsi 2010, Merapi kemudian sering erupsi yang bersifat freatik dengan semburan gas bercampur air dan material ke atas. Namun sejak pertengahan tahun 2018 lalu status Gunung Merapi sudah naik menjadi Waspada (level 2) dari status Normal. Kini sejak tanggal 5 November 2020, Gunung Merapi naik status menjadi Siaga (level 3). *

 

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x