Jembatan Edukasi Siluk, Belajar ‘Tumindak Becik’ dari Kolong Jembatan

6 Juli 2020, 18:00 WIB
Komunitas Jembatan Edukasi Siluk /Bagus Kurniawan/Siti Baruni

PORTAL JOGJA - Aja Isin Tumindak Becik. Sebuah kalimat yang terpampang di kolong Jembatan Siluk Imogiri Bantul yang menjadi slogan Komunitas Jembatan Edukasi Siluk. Kalimat sederhana namun bermakna dalam, yang mengajak siapa pun yang membacanya agar tidak malu untuk berbuat baik. Apapun bentuknya, berbuat baik bisa dilakukan oleh semua orang dimana saja dan kapan saja.

Berawal dari keprihatinan seorang seniman yang tinggal tak jauh dari Jembatan Siluk Imogiri bernama Kuat (42) akan kumuhnya kolong Jembatan Siluk yang penuh dengan sampah, yang kemudian mengajak para pemuda sekitar untuk menyulapnya menjadi tempat yang bersih dan bermanfaat. Secara bergotong royong, tempat itu dibersihkan.

Baca Juga: Mayat Perempuan Muda Ditemukan Dalam Sumur Pantek di Kulon Progo

Tidak hanya sekedar membersihkan. Lelaki yang penah menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini juga mengajak pada pemuda untuk memilah sampah yang masih memiliki nilai ekonomis dan menjualnya. Sedang kepada masyarakat sekitar, upaya penyadaran pentingnya kepedulian terhadap lingkungan dan kebersihan juga terus dilakukan.

Tak hanya pemuda dan masyarakat sekitar jembatan yang mendukung gagasan Kuat. Para seniman di Jogja pun turut mendukung bapak satu anak ini. HIngga akhirnya pada Oktober 2016 Jembatan Edukasi Siluk (JES) resmi berdiri. Di tempat yang telah dipoles bersih dan asri itu, sebuah taman bacaan masyarakat dibangun.

“Bukunya berasal dari sumbangan para donatur,” kata Kuat.

Baca Juga: Ada Mayat di Sumur Pantek, Ini Pengakuan Saksi Mata

Selain taman bacaan, kegiatan seni pun digelar secara gratis. Tiap Minggu kedua dan keempat, anak-anak usia TK–SD bisa mengikuti kelas seni rupa secara gratis. Bahkan perlengkapan mulai dari kertas, pensil, krayon, cat akrilik hingga kanvas disediakan secara cuma-cuma. Sesekali, peserta kelas seni ini juga diajari membuat kerajinan dengan mendaur ulang sampah.

Karya peserta kelas seni ini tidak hanya menumpuk di gudang penyimpanan. Namun setahun sekali, karya ini dipamerkan dan bisa dibeli oleh pengunjung. Hasilnya, kembali lagi untuk operasional kegiatan di Jembatan Edukasi Siluk. HIngga akhir 2019 lalu, JES tercatat telah dua kali menggelar pameran lukisan anak yang diberi tajuk “Pameran Sewu Lukisan Anak”.

Untuk mendukung biaya operasional JES, secara rutin para relawan JES mengumpulkan sampah (seperti botol plastic dan kardus ataupun kertas) dari penduduk sekitar jembatan untuk kemudian dijual.

Baca Juga: Ahok Selamanya Tidak Bisa Jadi Menteri, Kata Refly Harun

Kerja keras relawan JES berbuah manis. Tahun 2019 silam JES berhasil meraih Juara 1 Indonesia Green Award untuk kategori Sungai dan Lingkungan. Bahkan tahun ini, Kuat selaku pendiri JES terpilih sebagai Juara I Pengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Berprestasi tingkat Kabupaten yang diadakan DInas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Bantul.

“Seharusnya ikut seleksi tingkat provinsi, tapi karena pandemi katanya diundur seleksinya,” terang Kuat.

Sayang, untuk sementara semua kegiatan di Jembatan Edukasi Siluk terhenti sejak pandemi Covid-19.

Baca Juga: Menjadi Reseller, Kenapa TIdak ? Ini Tips-nya

“Kami tidak mau ambil risiko, terlebih untuk anak-anak,” kata kuat. Meski demikian, peserta kelas seni melukis masih bisa terus berkarya di rumah dan mengirimkan foto hasil karya. Seniman lukis Yuswantoro Adi yang biasa menjadi pembina kelas melukis selanjutnya akan memberi masukan terhadap karya anak-anak. (*)

 

Editor: Bagus Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler