Kaleidoskop 2020, Kasus Peretasan yang Menghebohkan Dunia dan Indonesia

- 24 Desember 2020, 20:47 WIB
Joe Biden Mempertimbangkan Hukuman Untuk Rusia Atas Dugaan Peretasan di AS.*
Joe Biden Mempertimbangkan Hukuman Untuk Rusia Atas Dugaan Peretasan di AS.* /pixabay.com

PORTAL JOGJA - Sepanjang 2ahun 2020 ada banyak kasus peretasan atau istilahnya akun, situs yang dibajak dan dibobol. Peretasan yang sempat menghebohkan adalah akun milik tokoh-tokoh ternama di dunia dikabarkan dibajak seorang remaja.

Selain itu pada masa pandemi covid-19 juga banyak mengubah perilaku dan gaya hidup mulai dari belajar, berbelanja hingga bekerja.

Berbagai kasus kejahatan terkait dunia siber juga banyak ditemui. Platform media sosial juga tak lepas dari ancaman para peretas, begitu juga dengan platform teknologi bidang keuangan. Salah satu situs lembaga negara juga menjadi incaran para pelaku kejahatan siber.

Baca Juga: 8 Rekomendasi Lokasi Wisata di Yogyakarta, Mulai dari Wisata Sejarah Hingga Wisata Alam

Baca Juga: AC Milan Akhiri Tahun 2020 Sebagai Capolista, Belum Terkalahkan di Liga Seri A Italia

Berikut ini berbagai rangkuman Antara yang dikutip Portal Jogja mengenai dugaan aksi peretasan yang menghebohkan dunia siber sepanjang 2020.

1. Twitter

Pertengahan bulan Juli, platform media sosial Twitter yang mengalami serangan siber.

Akun Twitter sejumlah tokoh dunia, termasuk co-founder Microsoft Bill Gates, kandidat presiden AS saat itu, Joe Biden, bintang acara reality show Kim Kardashian dan suaminya Kanye West, mantan presiden AS Barack Obama, CEO Amazon Jeff Bezos, hingga CEO Tesla Elon Musk diretas.

Twitter melalui akun resmi Twitter Support menduga peretas masuk ke sistem internal mereka sehingga bisa mengambil alih akun-akun besar dan terverifikasi.

Baca Juga: Doni Monardo : Pandemi Hampir 10 Bulan, Disiplin Prokes Malah Turun

Baca Juga: 10 Contoh Ucapan Selamat Natal, Semoga Terang Natal akan Tinggal di Hati Kita

Hacker, kata Twitter, menggunakan akses tersebut untuk mengambil alih akun-akun besar kemudian mencuitkan permintaan mengirim bitcoin.

2. Kreditplus

Pada awal Agustus, data nasabah platform digital Kreditplus diduga bocor di forum internet.

Menurut Lembaga Riset Keamanan Siber dan Komunikasi CISSReC, sebanyak 819.976 data nasabah Kreditplus yang bocor adalah data sensitif, meliputi nama, KTP, email, status pekerjaan, alamat, data keluarga penjamin pinjaman, tanggal lahir, dan nomor telepon.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan sudah mengirimkan surat kepada pengelola platform digital Kreditplus mengenai dugaan bocornya data pengguna.

Baca Juga: Derbi Manchester akan Tersaji di Semifinal Piala Liga Inggris

Kominfo menegaskan Kreditplus sebagai penyelenggara sistem elektronik (PSE) wajib memenuhi standard perlindungan data pribadi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik.

Selain itu, PSE juga tunduk pada Peraturan Menteri Kominfo Nomor 20 Tahun 2016 tentang Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik.

3. Tokopedia

Pada awal Mei, platform belanja online Tokopedia dilaporkan mengalami peretasan, setelah seorang peretas mengklaim memiliki data dari 15 juta pengguna Tokopedia di dark web.

Data yang diretas, seperti yang diumumkan peretas berupa nama, alamat email dan hashed password.

Baca Juga: Pilar Persebaya Rachmat Irianto Senang Kembali ke Timnas Indonesia U-23

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan kemungkinan data yang diambil adalah nama, alamat email dan nomor ponsel.

Belakangan, diduga kebocoran data ini menimpa pengguna dalam jumlah yang lebih besar, sebanyak 91 juta pengguna.

Tak lama setelah mengetahui kejadian tersebut, Tokopedia memberi notifikasi pada semua pengguna mereka sambil memulai penyelidikan dan memastikan akun dan transaksi di platform tersebut tetap aman.

4. Bukalapak

Tak hanya itu, situs belanja online Bukalapak dikabarkan kembali diretas namun hal itu dibantahnya.

Baca Juga: Ini 30 Pemain Pilihan Shin Tae-yong untuk Ikut TC Timnas U-19 di Spanyol

Bukalapak mengatakan keamanan data pengguna menjadi prioritas, dan selalu mengimplementasi berbagai upaya demi meningkatkan keamanan dan kenyamanan para pengguna, serta memastikan data-data pengguna tidak disalahgunakan.

Tautan yang beredar, menurut Bukalapak, adalah informasi dari kejadian tahun lalu. Pada peretasan 2019 lalu, Bukapalak menyatakan sudah menemukan sumber peretasan dan menghentikan akses tersebut.

Selain itu, mereka juga mengingatkan para pengguna untuk secara berkala mengganti kata kunci, sambil perusahaan memperkuat sistem keamanan.

Bukalapak mengalami kasus peretasan tahun lalu, berakibat pada data 13 juta pengguna mereka diambil.

5. Bhinneka

Beberapa hari setelah itu, tepatnya pada 10 Mei, kelompok peretas bernama ShinyHunters mengklaim telah membobol sepuluh perusahaan, salah satunya e-commerce b to b asal Indonesia, Bhinneka.

Kelompok peretas, yang kabarnya juga merupakan dalang peretasan Tokopedia, dia dilaporkan membobol 1,2 juta data pengguna Bhinneka, dan menjualnya di pasar web gelap atau dark web.

Bhinneka menekankan bahwa keamanan dan kenyamanan pelanggan saat berbelanja selalu menjadi prioritas, dan telah menerapkan standar keamanan global PCI DSS (Payment Card Industry Data Security Standard) dari TUV Rheinland untuk melindungi pelanggan.

6. KPU

Masih pada bulan Mei, tepatnya 22 Mei, peretas mengklaim telah membobol 2,3 juta data warga Indonesia dari Komisi Pemilihan Umum (KPU). Informasi itu datang dari akun @underthebreach, yang sebelumnya mengabarkan kebocoran data ecommerce Tokopedia.

Akun itu juga menyebutkan bahwa peretas membocorkan informasi 2.300.000 warga Indonesia. Data termasuk nama, alamat, nomor ID dan tanggal lahir. Data tersebut tampaknya merupakan data tahun 2013.

Tidak hanya itu, peretas juga mengklaim akan membocorkan 200 juta data lainnya. Dalam cuitannya, @underthebreach mengunggah foto tangkapan layar di sebuah forum peretas di mana sang peretas menyebutkan bahwa data ID termasuk NIK dan NKK.

KPU langsung mengecek data internal mereka sejak adanya klaim peretasan tersebut.

7. Data Covid-19

Peretasan lainnya terjadi pada data Covid-19. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menelusuri dugaan peretasan basis data pasien covid-19 tersebut.

Kominfo mengatakan database covid-19 dan hasil cleansing yang ada di data center aman. Kominfo juga berkoordinasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), selaku penanggung jawab keamanan data covid-19 di Indonesia.

Seorang peretas atas nama Database Shopping di dark web RaidForums menjual basis data dari pasien covid-19 di Indonesia, tertanggal 18 Juni. Peretas mengaku data tersebut diambil pada pembobolan 20 Mei lalu.

Fitur spoiler di situs gelap menunjukkan data yang diambil antara lain berupa ID pengguna, jenis kelamin, usia, nomor telepon, alamat tinggal hingga status pasien.

Peretas diduga mengantongi 230.000 data dalam format MySQL dalam unggahan di situs gelap tersebut.

8. ShopBack
Pada akhir September, perusahaan platform cashback e-commerce ShopBack mengumumkan insiden yang melibatkan akses tidak sah ke data pribadi pelanggan, dalam s urat elektronik kepada pelanggan.

Segera setelah mengetahui insiden ini, ShopBack mengatakan telah melakukan tindakan pengamaman, dan akses tidak sah tersebut telah dihapus. ShopBack menegaskan bahwa cashback dan kata sandi/password pengguna tetap aman dan terenkripsi.

Aplikasi cashback tersebut juga mengimbau pengguna untuk tidak menggunakan kata sandi/password yang sama dengan yang digunakan pada aplikasi lainnya.

9. RedDoorz
Pada saat yang bersamaan dengan ShopBack, jaringan penginapan budget online RedDoorz, mengirimkan surat elektronik serupa kepada pelanggan.

Dalam email tersebut, jaringan penginapan budget online itu mengakui adanya akses tidak sah masuk dalam sistemnya yang melibatkan data pengguna pelanggan pada awal September.

RedDoorz mengungkapkan jenis pelanggaran data termasuk nama pelanggan, email, nomor telepon, alamat dan rincian pemesanan.

Meski begitu, RedDoorz mengatakan data yang terkait dengan informasi keuangan pengguna, seperti kartu kredit dan password masih aman.

Baca Juga: Tegas ! Provinsi Ini Terapkan Denda Rp1 Juta bagi Pelanggar Protokol Kesehatan

Perusahaan tersebut juga mengatakan telah mengambil langkah untuk menginvestigasi sekaligus melakukan evaluasi pada sistem TI. RedDoorz memastikan akun password terenkripsi.

Namun, perusahaan menyarankan agar pelanggan tidak menggunakan password yang sama pada platform digital lainnya, serta mengganti password jika dirasa perlu untuk tindakan pencegahan.

10. RedMart, Lazada
Pada akhir Oktober, platform RedMart milik platform belanja online Lazada dilaporkan mengalami peretasan.

Lazada menemukan upaya peretasan tersebut pada 29 Oktober lalu di Singapura. Isu keamanan data tersebut melibatkan basis data khusus RedMart yang di-hosting oleh penyedia layanan pihak ketiga.

Peretas mendapatkan nama, nomor telepon, email, alamat, kata sandi yang terenkripsi dan sebagian nomor kartu kredit dari pelanggan RedMart. Data ini digunakan di aplikasi dan situs web RedMart sebelumnya, yang sekarang sudah tidak lagi digunakan.

Lazada memastikan bahwa data para pelanggan Lazada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, tidak terpengaruh oleh kejadian ini.

11. Cermati

Pada 1 November, startup bidang teknologi keuangan, Cermati.com, dilaporkan telah diretas namun mereka segera mengambil tindakan untuk memastikan keamanan data pengguna.

Hal itu diungkapkan Cermati.com dalam surat elektronik kepada pelanggan. Dalam email tersebut, Cermati.com mengatakan telah mengambil langkah-langkah penanganan, yakni melakukan investigasi dan menghapus akses yang tidak sah untuk memastikan data pengguna tetap terjaga.

Baca Juga: Tambah 7.199, Total Kasus Covid-19 Jadi 692.838. Kasus Baru DKI Jakarta Nyaris 2 Ribu

Selanjutnya, bekerja sama dengan lembaga pemerintah antara lain dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk melakukan investigasi atas kejadian ini, dan berdiskusi dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memastikan keamanan dan perlindungan terhadap data pengguna.

Cermati.com juga bekerja sama dengan ahli keamanan informasi eksternal independen untuk membantu meningkatkan keamanan secara menyeluruh.***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah