Bersepeda itu Bukan Ajang Viral, tapi Olahraga Turunkan Berat Badan

- 27 Juni 2020, 20:07 WIB
Anak-anak muda yang gandrung bersepeda.
Anak-anak muda yang gandrung bersepeda. /(novia intan)

PORTAL JOGJA - Sejak pandemi covid-19 budaya bersepeda kembali muncul di tengah masyarakat Yogyakarta.

Sebelumnya budaya bersepeda ini telah menjadi salah satu program Pemkot Yogyakarta dengan nama sego segawe (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe).

Menariknya, budaya bersepeda justru muncul di masa pandemi covid-19. Kejenuhan mungkin menjadi salah satu alasannya.

Hal tersebut diamini oleh Raihan Pasha, seorang dosen dari salah satu universitas ternama di Yogyakarta sekaligus yang memiliki hobi bersepeda.

Baca Juga: Begini Tips Produktif Mama Muda Sukses Karir dan Rumah Tangga

"Karena orang butuh aktivitas lain dan makhluk sosial kan. Lewat sepedaan bisa sambil bersosial," jelasnya.

Bagi Raihan, bersepeda bukan sebuah ajang viral yang musiman. Bersepeda adalah sebuah olahraga.

"Saya hobi bersepeda memang untuk olahraga dari dulu. Bersepeda bersama teman-teman," terangnya.

Hal senada juga dikatakan oleh Rania Ayu, seorang mahasiswi dari jurusan teknik industri UPN, bahwa bersepeda baginya bukan kegiatan musiman.

Baca Juga: Polri Pastikan Tetap Awasi Protokol Kesehatan Usai Maklumat Kapolri Dicabut

Ia telah melakukannya sejak lama. Rania mengaku bersepeda adalah salah satu cara untuk menurunkan berat badan.

"Mau ngurusin badan sama mau ngelatih kakiku yg kemaren patah karena belum sembuh total biar nggak sakit banget kalau aktivitas," jelasnya.

Rania sering menghabiskan waktu bersepeda bersama teman-temannya. Kebiasaan bersepeda ini ternyata menurun dari ayahnya.

Bahkan Rania menceritakan di rumahnya sudah seperti showroom sepeda karena ada banyak sepeda yang jarang terpakai.

Meski begitu ia mengaku tetap mematuhi peraturan yang ada ketika bersepeda. Salah satunya dengan tetap menggunaka protokol kesehatan dan helm sepeda.

Baca Juga: Gaook, Sirine Tanda Bahaya Peninggalan Belanda

"Pakai helm sepeda penting, antisipasi kalau jatuh atau apa," katanya.

Ia pun menyayangkan saat banyak pesepeda yang melupakan aturan tersebut. Contohnya pada saat di jalan, mereka sering tidak tertib dan mengganggu perjalanan kendaraan lain.

Jika biasanya ia bersepeda saling beriringan satu baris, sekarang justru sebaliknya. Saat mengendarai kendaraan bermotor, Rania sering merasa takut untuk menegur.

"Kebanyakan kalo orang-orang yang nggak niat sepedaan itu kalo naik sepeda di jalan sesuka hatinya, tu loo menuhin jalan harusnya kan dipinggir-pingggir," katanya.

Baca Juga: Dapur Balita Relawan Sehat, Jaga Anak dari Ancaman Virus Corona

Sementara bagi Raihan, budaya ini dinilai sudah bagus. Tinggal bagaimana cara supaya budaya bersepeda tidak hanya viral sementara. Raihan menanggapi dengan positif tentang kebiasaan baru ini.

Ia justru mencontohkan negara Italia yang sekarang semakin mengembangkan pembangunan infrakstruktur pesepeda.

Harapannya kelak Indonesia juga dapat mencontoh pembangunan infrastruktur sepeda menjadi lebih baik dan aman.

"Gara gara covid ini, banyak larangan buat naik public transport, makanya banyak memilih sepeda," katanya. (*)

 

 

 

 

Editor: Azam Sauki Adham


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah