Istana Disenggol Soal Isu Pelengseran Ketua Umum Partai Demokrat, Ini Jawaban Moeldoko

- 1 Februari 2021, 22:43 WIB
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menanggapi isu gejolak politik di tubuh Partai Demokrat soal isu adanya gerakan pengambilalihan paksa kursi Ketum PD.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menanggapi isu gejolak politik di tubuh Partai Demokrat soal isu adanya gerakan pengambilalihan paksa kursi Ketum PD. /ANTARA/Kantor Staf Kepresidenan

PORTAL JOGJA - Isu panas terkait upaya pelengseran jabatan Ketua Umum Partai Demokrat (PD) yang dopegang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) muncul saat ini.

Isu panas tersebut untuk melengserkan jabatan ketua umum PD, AHY melalui internal dan dukungan eksternal untuk kepemimpinan Indonesia mendatang 2024.

Istana Kepresidenan pun disenggol terkait isu panas tersebut. Karena Ketua Umum Partai Demokrat, AHY berkirim surat kepada Presiden Joko Widodo untuk melakukan klarifikasi.

Baca Juga: ISU PANAS! AHY Sebut Ada Upaya Lengserkan Jabatan Ketua Umum Partai Demokrat Libatkan Pihak Eksternal

Baca Juga: Resmikan BSI Hari ini, Jokowi Sampaikan 5 Pesan Penting

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menanggapi isu pengambil-alihan 'paksa' kepemimpinan Partai Demokrat yang disebut-sebut melibatkan pihak Istana Kepresidenan.

"Sebenarnya saya masih 'diem-diem' aja sih, karena saya tidak perlu reaktif dalam hal ini," ujar Moeldoko saat memberikan keterangan pers virtual di Jakarta, Senin 21 Januari 2021 malam.

Namun, karena cukup banyak pertanyaan dari media massa, Moeldoko memutuskan menanggapi isu tersebut.

"Poin pertama, jangan dikit-dikit Istana. Dalam hal ini saya mengingatkan. Sekali lagi jangan dikit-dikit Istana dan jangan ganggu pak Jokowi, karena beliau dalam hal ini tidak tahu sama sekali, tidak tahu apa-apa dalam isu ini. Jadi itu urusan saya. Moeldoko ini, bukan selaku KSP. Moeldoko," ujar Moeldoko yang dikutip Portal Jogja dari Antara.

Baca Juga: Belum Lama Didera Tanah Longsor, Sore Tadi Angin Kencang Akibatkan Pepohonan Roboh di Magelang

Dia mengatakan beberapa kali banyak tamu yang berdatangan ke kediamannya. Moeldoko mengatakan dirinya sebagai mantan Panglima TNI terbuka kepada siapa pun yang ingin bertemu, tanpa memberikan batas.

"Kepada siapa pun, apalagi di rumah ini. Terbuka 24 jam dengan siapa pun. Mereka datang berbondong-bondong, ya kita terima," ucap Moeldoko menjelaskan.

Moeldoko tidak menyebutkan siapa yang datang ke kediamannya. Namun ditengarai pihak yang sempat datang menemuinya merupakan orang-orang yang disebut AHY sebagai pelaku gerakan yang akan melengserkan kepemimpinan Partai Demokrat.

Baca Juga: KPK Gelar Rekonstruksi Korupsi Bansos Kemnsos, Ini Aliran Dana dan Barang Bukti Sepeda Brompton

Moeldoko mengaku tidak tahu konteks kedatangan orang-orang ke kediamannya. Namun seperti pertemuan dengan pihak lain, Moeldoko mengaku selalu membuka obrolan dengan masalah pertanian.

"Dari obrolan, saya biasa mengawali dari pertanian karena saya memang suka pertanian. Kemudian, mereka 'curhat' situasi yang dihadapi, ya gua dengerin aja. Berikutnya ya udah dengerin aja. Saya sebenarnya prihatin gitu ya dengan situasi itu, karena saya juga bagian yang mencintai Demokrat," ujarnya.

Kemudian, kata Moeldoko, muncul isu pengambilalihan kepemimpinan Demokrat.

Baca Juga: Artis Sinetron Gerhana Soraya Abdullah Meninggal Dunia, Ummi Pipik Ucapkan Belasungkawa

"Kemudian muncul isu itu. Mungkin dasarnya foto-foto ya. Orang ada dari Indonesia timur dari mana-mana datang ke sini kan kepingin foto sama gua. Sama saya. Ya saya terima aja apa susahnya. Itu lah menunjukkan seorang jenderal tidak punya batas dengan siapa pun. Kalau itu menjadi persoalan yang digunjingkan ya silakan saja. Saya tidak keberatan,"ungkap Moeldoko.

Berikutnya Moeldoko memberikan sebuah saran. Dia mengatakan sebagai seorang pemimpin seseorang harus kuat dan tidak mudah terombang-ambing.

Baca Juga: BLT BPJS Ketenagakerjaan Tidak Disalurkan Lagi, Kemnaker Siapkan Program Lain untuk Dorong Kualitas SDM

"Berikutnya saran saya. Menjadi seorang pemimpin harus kuat, jangan mudah 'baperan', mudah terombang-ambing dan seterusnya. Kalau anak buahnya nggak boleh pergi kemana-mana ya diborgol aja kali ya. Begitu. Selanjutnya kalau ada istilah kudeta, kudeta itu dari dalam, masa kudeta dari luar," kata Moeldoko kemudian menutup keterangan pers-nya tanpa tanya jawab dengan media. ***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah