Pakar UGM: Obat Sakit Kepala Aman Dikonsumsi, Bukan Sumber Penyebab Anemia Aplastik

- 19 April 2024, 20:54 WIB
Ilustrasi - Sakit kepala
Ilustrasi - Sakit kepala /Freepik/@jcomp

PORTAL JOGJA - Meninggalnya komedian Babe Cabita akibat penyakit anemia aplastik menyebabkan nama penyakit ini menjadi semakin dikenal publik. Seiring dengan berita tersebut, muncul sebuah konten di platform salah satu media sosial yang menyebutkan salah satu merek obat sakit kepala yang disebut dapat menyebabkan anemia aplastik. Sontak, masyarakat menjadi heboh, karena obat sakit kepala merupakan obat yang sering dikonsumsi masyarakat.

Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati saat dimintai tanggapan terkait informasi tersebut menjelaskan bahwa informasi tersebut belum sepenuhnya benar meski ada beberapa jenis obat yang berpotensi menyebabkan anemia aplastik. Menurutnya, kasus anemia aplastik akibat mengkonsumsi obat-obatan termasuk jarang terjadi.

“Kejadian anemia aplastik akibat obat termasuk jarang. Apalagi seperti obat sakit kepala yang hanya digunakan dalam jangka pendek, jika perlu saja,”kata Zullies, pada Jumat (19/4).

Baca Juga: Ada 14 dari 44 Surat 'Amicus Curiae' yang Dicermati Para Hakim Konstitusi

Sepengetahuan Zullies, lembaga pengawasan obat pasca pemasaran di Indonesia belum menjumpai laporan kejadian anemia aplastik akibat obat. Apalagi obat sakit kepala yang beredar di Indonesia menurutnya sudah mendapatkan ijin BPOM dan aman digunakan.

“Selama digunakan sesuai dengan petunjuk pemakaiannya. Adanya informasi pada kemasan tentang risiko menyebabkan anemia aplastik memang perlu dicantumkan sesuai aturan BPOM, walaupun kejadiannya sangat jarang, yaitu 1 kasus per 1 juta pengguna,” katanya.

Zullies menghimbau masyarakat tidak perlu kuatir untuk mengkonsumsi obat-obat sakit kepala, meski ada informasi tentang efek samping anemia aplastik pada kemasannya. Namun jika mengalami gejala sakit kepala yang terus menerus dan tidak kunjung sembuh dengan obat sakit kepala biasa, ia menyarankan untuk segera diperiksakan ke dokter karena mungkin merupakan gejala adanya gangguan penyakit lain yang lebih berat. Selain itu, rutin memantau efek samping obat-obat apapun yang digunakan, terutama jika digunakan dalam jangka waktu lama atau dalam dosis tinggi.

“Jika mengalami gejala yang mencurigakan seperti kelelahan yang tidak biasa, mudah memar, atau infeksi yang sering, sangat penting untuk segera menghubungi dokter,” paparnya.

Meski jarang terjadi, Zullies mengakui memang ada beberapa obat dilaporkan dapat beresiko menyebabkan anemia aplastik. Namun perlu diingat bahwa kejadian anemia aplastik akibat penggunaan obat ini kejadiannya sangat jarang dan itupun terjadi pada penggunaan yang kronis dengan dosis besar, dan tidak selalu terjadi pada setiap orang.

Beberapa obat yang dilaporkan berisiko menyebabkan anemia aplastik meliputi antibiotik Chloramphenicol, Obatn anti-inflamasi nonsteroid, seperti indomethacin dan fenylbutazon, bisa berisiko menimbulkan anemia aplastik, meskipun kasusnya jarang. Lalu Kelompok antibiotik ini, termasuk sulfasalazine dan trimethoprim-sulfamethoxazole, juga telah dikaitkan dengan anemia aplastik. selain obat antikonvulsan yang digunakan untuk mengobati epilepsi, seperti carbamazepine dan phenytoin, bisa menyebabkan anemia aplastik.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x