Beda Bullying dan Ragging dalam Kasus Perundungan Siswa yang Seret Anak Vincent Rompies

- 25 Februari 2024, 12:39 WIB
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel /ANTARA/Dewanto Samodro/

PORTAL JOGJA - Sehubungan dengan kasus perundungan siswa di Binus Serpong, pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel meminta Kepolisian mencermati perbedaan bullying dan ragging. Kasus yang dilakukan sekelompok anak SMA yang tergabung dalam Geng Tai (GT) ini mengemuka beberapa saat ini. Diketahui anak dari artis Vincent Rompies terseret dalam circle ramaja ini.

"Kekerasan siswa terhadap siswa lain tidak mutlak berupa bullying. Polisi patut mencermati secara spesifik, mana bullying dan mana ragging," ucap Reza dalam keteranganya di Jakarta, Sabtu 24 Februari 2024 sebagaimana dikutip dari ANTARA.

Reza mengakui bahwa istilah ragging ini belum begitu akrab di telinga masyarakat dan lembaga negara, dibandingkan istilah bullying yang akrab wira-wiri di telinga publik. Bila bullying diterjemahkan sebagai perundungan, namun ragging belum ada sinonimnya dalam bahasa Indonesia.

Baca Juga: Bully atau Perundungan: Definisi dan Cara Mengatasinya

Kedua istilah tersebut sama-sama berkonotasi dengan tindak kekerasan. Lebih lanjut dia menerangkan bahwa ragging adalah tindakan seorang anak atau siapapun yang dengan sengaja mendekati geng yang dikenal urakan agar bisa bergabung ke dalamnya.

Dalam hal ini, orang atau anak tersebut tahu bahwa setiap anggota baru akan dikenai perlakuan tidak senonoh dan serbaneka kekerasan. Jadi, anak atau orang itu akan menerima konsekuensi ritual atau seremoni kekerasan yang memang merupakan identitas atau budaya geng itu.

"Kalau kronologinya sedemikian rupa, maka kekerasan yang menimpa anak tersebut tidak bisa serta-merta dikategori sebagai bullying. Itu ragging," kata sosok lulusan Fakultas Psikologi UGM dan The University of Melbourne.

Baca Juga: Cara Mengenali Perbedaan dan Penyebab Body Shamming - Bullying, Sering Tak Kita Sadari!

Ragging yang diterapkan kepada anggota baru suatu geng, mempunyai mindset bahwa seseorang secara sengaja melalui 'masa belajar' untuk kelak menjadi pelaku kekerasan pula. Anggota baru atau calon anggota baru ini bertahan dalam geng tersebut, maka ia sebenarnya bukan korban. Ini berbeda dengan bullying yang dikotomi pelaku dan korban sangat jelas.

Halaman:

Editor: Siti Baruni


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x