Menelisik Pondok Pesantren Tertua di Sebelah Barat Panggung Krapyak Yogyakarta

- 27 Maret 2023, 03:19 WIB
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta di tahun 70-an.
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta di tahun 70-an. /almunawwir.com /

Melengkapi pelajaran al-Qur'an, diberikan pula pelajaran berbagai kitab fiqh, tafsir, dan kitab-kitab agama lainnya.

Materi dan metode pendidikan dan pengajaran al-Quran pada masa itu, langsung diasuh oleh KH Muhammad Munawwir. Materi yang disampaikan kepada santri ada dua jenis, yaitu santri yang mengaji Al-Quran dengan cara membaca mushaf disebut bin nadzor dan santri yang mengaji dengan menghafalkan mushaf disebut bil ghoib.

Dalam pengajarannya, KH Muhammad Munawwir memakai metode mushafahah, yaitu santri membaca al-Quran satu persatu di hadapan beliau, dan jika terjadi kesalahan membaca beliau langsung membenarkannya, kemudian santri langsung mengikuti. Jadi, diantara keduanya saling menyaksikan secara langsung.

Setelah KH. Muhammad Munawwir wafat pada 6 Juli 1942, kepemimpinan pesantren dipegang oleh Tiga Serangkai, yaitu KH. Abdullah Affandi, KH. Abdul Qadir (keduanya putra KH. Munawwir) dan KH. Ali Ma’shum (menantu KH. Munawwir, putra KH. Maksum Lasem, Rembang).

Tiga serangkai inilah yang kemudian mengembangkan Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta dengan pembagian tugas, yaitu KH. Abdullah Affandi sebagai ketua Umum, KH. Abdul Qadir penanggung jawab pengajian al-Qur’an dan KH. Ali Maksum penanggung jawab pengajian kitab-kitab.

Pengajian al-Qur’an yang diberikan yaitu berbentuk sorogan, bandongan, wetonan, muhadhoroh/pembahasan kitab, dan lain-lain.

Pelajaran ekstra dan keterampilan yang diberikan antara lain latihan berorganisasi dan kepemimpinan, khitobah (latihan berpidato), praktek ibadah, memimpin tahlil, seni baca al-Qur'an, olah raga, bakti masyarakat dan kecakapan berbahasa Arab.

Kemudian disusul berdirinya sebuah madrasah yakni Taman Kanak-kanak, Madrasah Diniyah Tsanawiyah, Aliyah, dan Madrasatul Banat.

Melihat perkembangan pondok yang semakin pesat, maka pada 1955 para santri yang menghafal al-Qur'an dikelompokan menjadi satu wadah yang kemudian dinamakan Madrasah Huffadz yang dipelopori oleh KH. R. Abdul Qodir Munawwir. Pada 2 Februari 1961 berhasil meluluskan para hafidz al-Quran.

Sepeninggal KH. R. Abdul Qodir Munawwir dan 7 tahun kemudian tepatnya 10 Januari 1968 KH. R. Abdullah Affandi Munawwir juga wafat. Maka atas kesepakatan keluarga kepemimpinan pondok dipegang oleh KH. Ali Maksum.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Almunawwir.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah