Mengenal Upacara Melasti Sebelum Perayaan Nyepi Umat Hindu di Bali

- 28 Februari 2023, 05:19 WIB
Ilustrasi - Upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi
Ilustrasi - Upacara Melasti menjelang Hari Raya Nyepi /Kartika Mahayadnya/Denpasar Update

PORTALJOGJA – Salah satu ritual yang dilakukan umat Hindu di Bali adalah upacara Melasti. Melasti merupakan upacara sembahyang umat Hindu dengan tujuan untuk penyucian diri serta benda sakral milik pura yaitu pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya.

Melasti dilakukan di pantai atau danau di Bali, dengan maksud menghanyutkan segala perbuatan buruk menggunakan air kehidupan yang disimbolkan dengan air laut. Di Bali, ada juga pantai yang diberi nama Pantai Melasti dan kini dibuka untuk umum. Letaknya ada di Bali Selatan

Upacara tersebut dilakukan menyambut hari raya Nyepi. Maksudnya, agar umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan Hari Raya Nyepi yang merupakan tahun baru Saka dan diperingati pada bulan Maret dalam kalender Masehi.

Baca Juga: UGM Kukuhkan Guru Besar Perempuan Pertama pada Ilmu Hubungan Internasional

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan ke Pulau Bali dan mendapatkan beberapa cerita soal upacara Melasti ini. Pemandu wisata asal Bali, I Putu Eka, yang menemani saya selama di Bali menceritakan bagaimana upacara ini dilakukan.

Sebagai umat Hindu yang sedari kecil tinggal di Bali, ia tahu betul perihal upacara sakral menjelang Hari Raya Nyepi ini. Berikut ini sebagian cerita dan filosofi Melasti diambil dari keterangan I Putu Eka dan berbagai sumber;

Rangkaian Upacara Melasti

Saat upacara, masyarakat berbondong-bondong menuju laut maupun sumber air dengan berpakaian putih dan membawa perlengkapan persembahyangan.

Mereka biasanya mengusung pratima, benda atau patung yang disakralkan, untuk dibersihkan secara sekala dan niskala. Upacara ini dipimpin oleh pemimpin umat agama Hindu yaitu pemangku di tingkat daerah dan pedanda di tingkat Provinsi.

Masyarakat Hindu percaya, air adalah sumber kehidupan, atau disebut tirta amerta. Sesaji yang dibawa sebagai simbol Trimurti, yaitu Wisnu, Siwa, dan Brahma, serta Jumpana, singgasana Dewa Brahma.

Dalam lontar Sundarigama dan Shanghyang Aji Swamandala disebutkan, Melasti merupakan proses meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata dan manifestasi Tuhan, yang bertujuan untuk menghilangkan malapetaka atau penderitaan.

Dalam bahasa kitabnya, yang tertulis dengan bahasa Jawa Kuno menyebutkan, “Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana”.

Ngiring prewatek dewata mempunyai arti upacara melasti hendaknya didahului dengan memuja Tuhan dengan segala manifestasinya dalam perjalanan melasti.

Tujuannya, agar dapat mengikuti tuntunan para dewa sebagai manifestasi Tuhan. Dengan mengikuti tuntunan Tuhan, manusia akan mendapatkan kekuatan suci untuk mengelola kehidupan di dunia.

Nilai Sakral Melasti

Saat upacara, Dewata disimbolkan hadir mengelilingi desa, sarana pretima dengan segala abon-abon Ida Bhatara. Oleh karena itu, umat yang rumahnya dilalui iring-iringan melasti menyediakan sesaji berupa canang dan dupa sebagai pintu masuknya kepada Ida Bhatara dan kehadirannya dapat dimanfaatkan oleh umat untuk menerima wara nugraha Ida Bhatara.

Saat berkeliling desa, para pemangku berkeliling dan memercikan air suci kepada seluruh warga yang datang serta perangkat-perangkat peribadatan dan menebarkan asap dupa sebagai wujud kesucian.

Baca Juga: Peluk Mas Lurah Kapanewon Berbah, Inovasi Layanan Administrasi Kependudukan

Menangkal 5 Sifat Buruk Manusia

Upacara yang dilakukan seminggu sebelum perayaan Nyepi tersebut juga digelar sesuai dengan tingkatan wilayah. Di Ibu kota provinsi dilakukan Upacara Tawur, tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud, tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak, tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata, di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata dan di masing-masing rumah tangga, melakukan di natar merajan (sanggah).

Upacara Melasti juga bertujuan meningkatkan kesadaran umat Hindu agar mengembalikan kelestarian alam lingkungan atau menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam lingkungan. Mereka juga diingatkan untuk tidak merusak sumber air, tanah, udara, dan lain-lain.

Itulah kenapa Melasti mengandung muatan nilai-nilai kehidupan, dipercaya dapat meminimalisir lima sifat buruk manusia. Sedangkan menuju ke mata air bermakna mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan, wujud ritual sakral untuk membangun kehidupan spiritual untuk didayagunakan mengelola hidup yang seimbang lahir batin.***

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah