Namun hal itu tak menyurutkan semangatnya. Tangal 22 Oktober 1945 KH. M. Hasyim Asy’ari menyerukan resolusi jihad yang kemudian memantik perlawanan terhadap Belanda yang kemudian mencapai puncaknya pada tanggal 10 November 1945 yang kelak seperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional.
Pada tanggal 24 Juli 1947 atau bertepatan dengan 7 Ramadhan 1366H. jam 9 malam, Kh Hasyim Asy’ari seperti biasa setelah mengimami Shalat Tarawih memberikan pengajian kepada ibu-ibu muslimat. Tak lama kemudian, tiba-tiba datanglah seorang tamu utusan Jenderal Sudirman dan Bung Tomo.
Tamu itu menyampaikan pesan berupa surat. Tak diketahui apa isi surat itu, yang jelas Kiai Hasyim meminta waktu semalam untuk berfikir dan jawabannya akan diberikan keesokan harinya.
Namun kemudian, KH. M. Hasyim Asy’ari mendapat laporan dari Kiai Ghufron tentang situasi pertempuran dan kondisi pejuang yang semakin tersudut. Kiai Hasyim berkata, “Masya Allah, Masya Allah…” kemudian beliau memegang kepalanya.
KH. Hasyim Asy’ari tak sadarkan diri. Dokter Angka Nitisastro yang dihadirkan menyatakan pendiri PP Tebuireng itu terkena pendarahan otak. Walaupun dokter telah berusaha mengurangi penyakitnya, namun KH.M. Hasyim Asy’ari wafat pada pukul 03.00 pagi tanggal 25 Juli 1947, bertepatan dengan Tanggal 07 Ramadhan 1366 H. Inna LiLlahi wa Inna Ilaihi Raji’un.***