PORTAL JOGJA - Hari Raya Nyepi bagi umat Hindu merupakan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan spiritual, kebutuhan rohani, maupun kebutuhan jasmani.
Pelaksanaan Hari Raya Nyepi yang dilakukan melalui tatanan atau rangkaian Upacara Nyepi, diakui sebagai bentuk pengakuan adanya kekuatan di luar kemampuan dirinya, yang disebut dengan kekuatan supranatural.
Hakekat Nyepi adalah penyucian bhuwana agung (makrokosmos) dan bhuwana alit (mikrokosmos) untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan bathin.
Keyakinan ini menunjukkan bahwa pada diri seseorang tidak dapat dipisahkan dengan makrokosmos atau alam semesta atau jagad gedhe yang melingkupi kehidupannya
Dilansir dari laman bali.kemenag.go.id, pada saat Hari raya Nyepi, umat Hindu harus melaksanakan Catur Brata Penyepian, yang terdiri dari Amati Gni (tidak menghidupkan api), Amati Karya (tidak bekerja), Amati Lelungan (tidak berpergian), Amati Lelanguan (tidak bersenang senang).
Sementara itu, dari Jurnal Multikultural dan Multireligius volume 17 disebutkan, Hari Raya Nyepi pada hakikatnya dilakukan untuk menghormati, memuja, mensyukuri dan meminta keselamatan pada leluhur dan Tuhannya.
Dalam mempersiapkan Hari Raya Nyepi, umat Hindu melakukan berbagai macam kegiatan atau aktivitas upacara sebagai bagian dari kewajiban suci yang mutlak dilaksanakan. Diantaranya adala Upacara Melasti dan Mecaru. Sedang sesudah Hari Raya Nyepi, umat Hindu akan melakukan Ngembak Geni atau semacam kunjungan antar tetangga maupun keluarga.***