Upacara Melasti, Tradisi Penyucian Diri Jelang Hari Raya Nyepi

3 Maret 2024, 19:13 WIB
Upacara Melasti dalam rangka peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1946 di Pantai Parangkusumo, Parangtritis, Bantul /dok. Panji Arkananta/@panji.arka/

PORTAL JOGJA – Menjelang Hari Raya Nyepi yang akan jatuh pada 11 Maret 2024 mendatang, umat Hindu di Daerah Istimewa Yogyakarta hari ini Minggu 3 Maret 2024 melaksanakan upacara Melasti di Pantai Parangkusumo Bantul.

Dilansir dari laman Warisan Budaya Kemendikbud, Upacara Melasti merupakan rangkaian ritual menyambut Hari Raya Nyepi. Menurut kepercayaan Hindu, Melasti bermakna menghilangkan segala kotoran diri dan jagat raya.

Biasanya, ritual menghilangkan kotoran diri dan jagat raya ini dilakukan dengan labuhan sesaji ke laut serta menyucikan arca, pratima, nyasa, pralingga sebagai wujud atau sthana Ida Sang Hyang Widi Wasa.

Baca Juga: Grace Minta Semua Pihak Tidak Tendesius Soal Penambahan Suara PSI

Upacara diawali sembahyang bersama, kemudian perlengkapan berupa arca, pratima, nyasa dan pralingga diusung ke laut, atau bisa juga ke danau maupun campuan atau pertemuan dua sungai, untuk dibersihkan dan disucikan, setelah sebelumnya dilakukan persembahan sesajen dan doa.

Proses ini bermakna memohon pembersihan dan penyucian lahir dan batin sebelum datangnya Hari Raya Nyepi. Sesudahnya, semua perlengkapan akan diperciki dengan tirta suci atau air suci. Begitu pula dengan seluruh peserta upacara melasti.

Dalam lontar Sang Hyang Aji Swamandala disebutkan 'Melasti ngarania ngiring prewatek Dewata, anganyutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana.'

Baca Juga: Event Hari Ini di Yogyakarta, Endah Laras dalam Pagelaran Musik Keroncong di Bhumi Atsanti Borobudur

Maksudnya, melasti meningkatkan bakti kepada para dewata manifestasi Tuhan, agar diberi kekuatan untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa atau kekotoran diri dan kerusakan alam semesta.

Ngiring prawatek dewata mengandung makna berbakti kepada Tuhan (Ida Sang Hyang Widi). Umat diharapkan mampu menguatkan daya spiritual untuk menajamkan kecerdasan intelektual.

Anganyutaken laraning jagat artinya, dengan kuatnya srada dan bakti kepada Tuhan, kepedulian sosial umat bisa meningkat. Anganyutaken papa klesa maksudnya agar umat termotivasi untuk mengatasi lima kekotoran individu yang disebut panca klesa yaitu awidya (kegelapan), asmita (ego), raga, dwesa dan abhiniwesa (hidup dalam ketakutan).

Baca Juga: Rayakan Milad ke-43 UMY Targetkan Masuk 15 Besar Kampus Terbaik Indonesia

Sedangkan anganyutaken letuhing bhuwana maksudnya melalui ritual melasti umat diharapkan termotivasi untuk menghilangkan kebisaan buruk merusak sumber daya alam. Jika kebiasaan buruk ini terus dibiarkan, alam akan rusak (letuhing bhuwana) yang pada gilirannya manusia akan menderita.***

Editor: Siti Baruni

Sumber: Mendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler