Gelombang Panas di Provinsi Xinjiang China Berpotensi Timbulkan Bencana Banjir Bandang dan Tanah Longsor

- 23 Juli 2022, 20:03 WIB
Ilustrasi - Gelombang panas di provinsi Xianjiang China
Ilustrasi - Gelombang panas di provinsi Xianjiang China /Pixabay/blende12.

PORTAL JOGJA - Provinsi Xinjiang China memperingatkan potensi bencana banjir bandang dan tanah longsor yang lebih besar serta gagal panen bagi pertanian saat gelombang panas melanda kawasan itu.

Peringatan yang dikeluarkan pada Sabtu 23 Juli 2022 itu menyebut bahwa gelombang panas bisa mempercepat laju pencairan gletser dan menimbulkan bahaya bagi produksi kapas.

Cina terpapar musim panas di atas normal sejak Juni, dimana beberapa ahli meteorologi menyebut hal ini akibat perubahan iklim.

Cuaca yang terlalu panas telah mendorong permintaan listrik untuk mendinginkan rumah, kantor, dan pabrik. Di daerah pertanian, kekeringan telah menjadi perhatian.

Baca Juga: Laut Flores Diguncang Gempa M5,7, Tidak Berpotensi Tsunami Meski Gempa Terjadi Beberapa Kali

Gelombang panas terbaru di Xinjiang telah berlangsung lama dan meluas, kata Chen Chunyan, kepala ahli di Observatorium Meteorologi Xinjiang, kepada media pemerintah seperti dilansir dari Reuters.

Biro meteorologi Xinjiang memperbarui peringatan dininya untuk wilayah tersebut  yang tertinggi dalam sistem peringatan panas tiga tingkat - pada hari Sabtu, memperkirakan suhu di Kashgar, Hotan, Aksu, dan Bazhou dapat melebihi 40 derajat Celcius (104 derajat Fahrenheit) selama 24 jam berikutnya.

"Suhu tinggi yang terus-menerus telah mempercepat pencairan gletser di daerah pegunungan, dan menyebabkan bencana alam seperti banjir bandang, tanah longsor, dan tanah longsor di banyak tempat," kata Chen.

Administrasi Meteorologi China mengatakan sehari sebelumnya bahwa pencairan glasial di Xinjiang menimbulkan risiko tinggi kegagalan bendungan di anak sungai Aksu dekat perbatasan China dengan Kirgistan.

Gelombang panas seperti itu juga dapat berdampak pada tanaman, terutama kapas, kata Chen. Xinjiang menyumbang produksi sekitar 20% kapas dunia, dimana kapas merupakan tanaman yang haus air.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x