Taliban Serukan Amnesti, Minta Warga Kembali Bekerja, Pengamat Ragu Upaya Cari Dukungan Internasional

- 19 Agustus 2021, 13:24 WIB
Ilustrasi perempuan Afghanistan tak boleh bekerja saat rezim Taliban memerintah. Taliban Serukan Amnesti, Minta Warga Kembali Bekerja, Pengamat Ragu Upaya Cari Dukungan dan Simpati
Ilustrasi perempuan Afghanistan tak boleh bekerja saat rezim Taliban memerintah. Taliban Serukan Amnesti, Minta Warga Kembali Bekerja, Pengamat Ragu Upaya Cari Dukungan dan Simpati /REUTERS

PORTAL JOGJA - Beberapa hari setelah Kabul Afganistan jatuh ke tangan Taliban, kini aktivitas warga mulai kembali normal. Meski begitu masih banyak yang warga belum beraktvitas serta memilih menutup pintu rumah.

Di jalan-jalan kota banyak anggota Taliban bersenjata yangpatroli menggunakan mobil dan berjalan kaki.

Mereka ada yang mendatangi rumah dan mengetuk pintu rumah. Mereka menanyai dan meminta warga kembali bekerja.

Kedatangan mereka ada yang membuat warga ketakutan dan khawatir karena terintimidasi. Namun ada pula warga yang menanggapinya sebagai cara mencari dukungan dan simpati akan kepemimpinan mereka yang baru.

Pada konferensi pers hari Selasa, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan Taliban sedang mencari hubungan baik dengan negara-negara lain untuk memungkinkan kebangkitan ekonomi dan "kemakmuran untuk keluar dari krisis ini."

Baca Juga: Taliban Datangi dan Ketuk Pintu Rumah Minta Warga Afghanistan Bembali Bekerja

Tetapi, beberapa orang bersikap ragu terhadap Taliban akan perubahan itu. Sebab pernah melarang perempuan untuk bekerja dan anak perempuan untuk bersekolah. Selanjutnya memberlakukan hukuman seperti rajam di depan umum.

Warga masih khawatir peluang bagi perempuan akan berkurang di bawah Taliban, bahkan walaupun mereka sekarang mendesaknya kembali bekerja.

"Taliban mengatakan perempuan harus bekerja tetapi saya tahu pasti bahwa peluang akan berkurang," kata Wasima.

Selain itu Taliban juga mencari dukungan masyarakat internasioal agar mendapat pengakuan terutama negara-negara seperti Rusia, China dan Iran.

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah