Komite Olimpiade Internasional Larang Gestur yang Menyatakan Aksi Solidaritas dan Politik di Olimpiade Tokyo

- 22 April 2021, 09:39 WIB
Olimpiade Tokyo.
Olimpiade Tokyo. /Instagram @olympics2021/

Beberapa tahun belakangan dalam berbagai olahraga, gestur yang menunjukkan solidaritas bagi atlet kulit hitam datang dalam bentuk berlutut ketika lagu kebangsaan dinyanyikan.

Beberapa ketua federasi internasional, termasuk Presiden Atletik Dunia Sebastian Coe, mengatakan bahwa para atlet seharusnya memiliki hak untuk melakukan protes politik selama Olimpiade.

Namun Ketua Komisi Atlet IOC Kirsty Coventry, yang memimpin peninjauan aturan tersebut, mengatakan mayoritas atlet yang ikut serta dalam survey menentang protes dalam bentuk apa pun di dalam pertandingan, podium maupun upacara.

"Saya tidak ingin sesuatu mengalihkan perhatian dari kompetisi saya dan mengambilnya. Itulah yang masih saya rasakan saat ini," kata Coventry, mantan juara renang Olimpiade untuk Zimbabwe, dalam presentasi online tentang hasil konsultasi IOC 50 Rules.

Coventry mengatakan ada serangkaian rekomendasi yang disetujui oleh Dewan Eksekutif IOC pada hari Rabu, termasuk memberikan kejelasan tentang sanksi.

Para atlet yang tetap bersikeras untuk menunjukkan pandangan pribadinya, termasuk berlutut di podium akan mendapatkan hukuman.

“Ya, itu benar. Karena mayoritas atlet yang kami ajak bicara. Itulah yang mereka minta,” ujar Coventry.

Rekomendasi melanjutkan IOC 50 Rules adalah hasil dari proses konsultasi yang dimulai pada Juni 2020 dan melibatkan lebih dari 3.500 atlet yang mewakili 185 komite olahraga yang berbeda dan 41 cabang olahraga di Olimpiade.

Peraturan ini akan mulai diterapkan pada Olimpiade Tokyo yang telah tertunda satu tahun karena pandemi Covid-19 dan akan dimulai pada 23 Juli 2021.***

Halaman:

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah