Komite Olimpiade Internasional Larang Gestur yang Menyatakan Aksi Solidaritas dan Politik di Olimpiade Tokyo

- 22 April 2021, 09:39 WIB
Olimpiade Tokyo.
Olimpiade Tokyo. /Instagram @olympics2021/

PORTAL JOGJA - Komite Olimpiade Internasional, lembaga nirlaba yang berada di belakang event olahraga dunia ini bersikeras mempertahankan aturan IOC 50 Rules.

Salah satunya adalah larangan untuk menunjukkan gestur atlet yang menyatakan solidaritas, memprotes, atau ikut serta dalam politik dan sebagainya yang tidak terkait dengan olahraga, ketika berada di panggung Olimpiade Tokyo.

Hal yang dilarang termasuk berlutut dan mengangkat tangan untuk mendukung kesetaraan ras di podium, saat upacara, maupun di lapangan saat pertandingan.

Baca Juga: Tragis! Kasus Covid-19 di India Kembali Pecah Rekor, Sehari 300 Ribu Lebih Kasus Baru, 2 Ribu Lebih Meninggal

Atlet yang melakukan hal ini akan mendapat hukuman. Keputusan ini diambil oleh IOC Rabu, 21 April 2021.

IOC 50 Rules melarang segala jenis demonstrasi, protes, propaganda politik, agama atau ras di tempat dan area Olimpiade lainnya.

Sebelumnya, gerakan Black Lives Matter yang bergema di seluruh dunia untuk memprotes ketidakadilan rasial bergema di dunia.

Baca Juga: Ratu Elizabeth II Jalani Ulang Tahun Pertama Tanpa Pangeran Philip, Setelah Kebersamaan Mereka 70 Tahun Lebih

Seruan untuk IOC mengubah aturan tersebut pun mengemuka. Beberapa atlet menginginkan perubahan yang memungkinkan atlet dapat mengekspresikan pandangan dan solidaritas mereka mengenai diskriminasi rasialis.

Beberapa tahun belakangan dalam berbagai olahraga, gestur yang menunjukkan solidaritas bagi atlet kulit hitam datang dalam bentuk berlutut ketika lagu kebangsaan dinyanyikan.

Beberapa ketua federasi internasional, termasuk Presiden Atletik Dunia Sebastian Coe, mengatakan bahwa para atlet seharusnya memiliki hak untuk melakukan protes politik selama Olimpiade.

Namun Ketua Komisi Atlet IOC Kirsty Coventry, yang memimpin peninjauan aturan tersebut, mengatakan mayoritas atlet yang ikut serta dalam survey menentang protes dalam bentuk apa pun di dalam pertandingan, podium maupun upacara.

"Saya tidak ingin sesuatu mengalihkan perhatian dari kompetisi saya dan mengambilnya. Itulah yang masih saya rasakan saat ini," kata Coventry, mantan juara renang Olimpiade untuk Zimbabwe, dalam presentasi online tentang hasil konsultasi IOC 50 Rules.

Coventry mengatakan ada serangkaian rekomendasi yang disetujui oleh Dewan Eksekutif IOC pada hari Rabu, termasuk memberikan kejelasan tentang sanksi.

Para atlet yang tetap bersikeras untuk menunjukkan pandangan pribadinya, termasuk berlutut di podium akan mendapatkan hukuman.

“Ya, itu benar. Karena mayoritas atlet yang kami ajak bicara. Itulah yang mereka minta,” ujar Coventry.

Rekomendasi melanjutkan IOC 50 Rules adalah hasil dari proses konsultasi yang dimulai pada Juni 2020 dan melibatkan lebih dari 3.500 atlet yang mewakili 185 komite olahraga yang berbeda dan 41 cabang olahraga di Olimpiade.

Peraturan ini akan mulai diterapkan pada Olimpiade Tokyo yang telah tertunda satu tahun karena pandemi Covid-19 dan akan dimulai pada 23 Juli 2021.***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah