Obor Olimpiade Tokyo Jadi Pembuktian Bahwa Fukushima Bukan Tempat Pembuangan Limbah Nuklir

- 24 Maret 2021, 15:02 WIB
OBOR Olimpiade 2020 Tokyo dipamerkan di acara Torch Relay untuk menandai 300 hari menjelang penyalaan obor di Tokyo, Jepang, 1 Juni 2019.*
OBOR Olimpiade 2020 Tokyo dipamerkan di acara Torch Relay untuk menandai 300 hari menjelang penyalaan obor di Tokyo, Jepang, 1 Juni 2019.* /ANTARA/

PORTAL JOGJA - Estafet obor olimpiade Tokyo 2020 akan dimulai pada Kamis, 25 Maret 2021. Estafet ini dimulai dari Fukushima, tempat reaktor nuklir Jepang yang terguncang ketika gempa bumi tahun 2011 lalu.

Konon guncangan gempa membuat tempat ini menjadi lokasi pembuangan nuklir terbesar kedua setelah kejadian di Chernobyl, Ukrania, tahun 1986.

Estafet obor Olimpiade yang diawali dari Fukushima ini, digunakan Jepang sebagai pembuktian kepada dunia bahwa kota tersebut bukanlah tempat pembuangan limbah nuklir.

Baca Juga: Hindari Tuduhan Pelecehan Seksual, Atlet Olimpiade Korea Selatan Putuskan Mengubah Kewarganegaraannya

Olimpiade Tokyo 2020 memang seharusnya dilaksanakan tahun lalu, namun pandemi mengubah semua sehingga baru terlaksana pada tahun 2021 ini. Olimpiade Tokyo juga dibayangi dengan sejumlah pembatasan, diantaranya dengan peniadaan penonton pada acara olahraga bergengsi empat tahunan ini.

Estafet obor pembukaan olimpiade diharapkan akan mengubah citra Jepang, terutama kota Fukushima dari stereotip nuklir.

“Dari jauh, Fukushima mungkin terlihat seperti tempat di mana waktu telah berhenti," ujar Hanae Nojiri, seorang reporter stasiun TV lokal yang turut serta dalam estafet tersebut.

Baca Juga: Aturan Baru di Jepang: Pelarangan Pengungkapan Gender dan Preferensi Seksual Tanpa Persetujuan

“Tapi ketika orang melihat penonton berbaris di jalan dan semangat para pelari, saya pikir mereka akan memperbarui citra mereka tentang tempat itu,” ujar Hanae seperti ditulis Japan Today dang dikutip Portaljogja.com.

Estafet dimulai di lokasi yang berjarak sekitar 32 kilometer dari pembangkit nuklir Fukushima Daiichi.

Gempa dan tsunami besar 10 tahun lalu menyebabkan pembangkit listrik ini mengalami kebocoran radiasi dan merusak beberapa reaktor secara permanen.

Estafet obor akan dimulai di fasilitas pelatihan sepak bola J-Village. Dulu lokasi ini menjadi pusat komando garis depan untuk operasi pembersihan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.

Kini kondisi lapangan tersebut telah kembali seperti semula, lapangan hijau bersiap menyambut para pesepakbola.

“Saya rasa sangat berarti bahwa estafet akan dimulai dari Fukushima 10 tahun setelah bencana,” ujar Hanae.

Pemulihan daerah tersebut memang belum selesai sampai sekarang, tetapi para penduduk bersiap menunjukkan kepada dunia seberapa besar kemajuan yang telah dicapai.

Yumiko Nishimoto, pembawa obor pada hari pertama, mengaku perasaannya terasa seperti dicampur aduk.

“Penduduk setempat sangat menantikannya, dan beberapa dari mereka ingin pergi dan menonton,” kata Yumiko, yang memimpin proyek komunitas untuk menanam 20.000 pohon sakura, salah satu inisiatif untuk memulihkan daerah tersebut.

Sayangnya, hal ini tidak dapat terjadi karena akan menimbulkan kerumunan dan Jepang masih dalam protokol Covid-19.

“Saya bertanya-tanya apakah penyelenggara dapat melakukan lebih dari ini, mengingat ini adalah acara luar ruangan. Situasi infeksi Covid-19 di sini tidak sama di sini seperti di Tokyo,” ujar Yumiko.

Meskipun begitu, beberapa wilayah di Fukushima memang tetap memiliki zona bahaya karena tingkat radiasi yang tinggi. Penduduk juga dilarang untuk mendekati tempat tersebut.

“Tapi banyak orang yang bergerak maju dan menjalani hidup dengan senyuman di wajah mereka, dan saya ingin orang melihat itu,” ujar Hanae.***

Editor: Andreas Desca Budi Gunawan

Sumber: Japan Today


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah