Peristiwa Politik Anekasasi dan Krimea 2014 Oleh Rusia dan Dampaknya

13 Maret 2022, 14:24 WIB
Peta Crimea yang dicaplok Rusia /turkinesia.id

PORTAL JOGJA - Anekasasi Krimea bermula pengambilan paksa seluruh wilayah Semenanjung Krimea oleh Rusia tahun 2014. Semenjak itu banyak negara di dunia yang tidak setuju atas tindakan Rusia.

Alasannya, langkah tersebut dipandang anekasasi atau pencaplokan wilayah Krimea yang diklaim Ukraina oleh Rusia. Maka, sejak Maret 2014 Semenanjung Krimea menjadi dua wilayah Republik Krimea dan Federasi Sevastopol.

Dilansir dari portaljogja.com dari artikel tulisan Indriani Kartini berjudul” Anekasasi Rusia di Krimea dan Konsekwensi Bagi Ukraina” dalam jurnal.politik.lipi.go.id mengatakan
Munculnya anekasasi wilayah Krimea oleh Rusia terjadi menyusul jatuhnya rezim pemerintahan Yanukovich yang juga mengakhiri masa jabatannya.

Presiden Yanukovich ketika itu dianggap pro Rusia oleh kelompok oposisi referendum oleh rakyat Krimea pasca anekasasi, yang menuntut kemerdekaan dari Ukraina.

Baca Juga: Rusia Ingin Kuasa Krimea, Kremlin Jadikan Wilayah Itu Sebagai Syarat Damai dengan Ukraina

Namun, apa yang terjdi setelah jatuhnya rezim Yanukovich justru menimbulkan ketegangan antara pemerintah Ukraina dengan etnis Rusia.

Bahkan ketegangan di Ukraina dan pemerintah Rusia yang merupakan pendukung Yanukovich. Bentrokan antara etnis Rusia dan Ukraina dimanfaatkan Rusia untuk menerjunkan pasukan untuk menganeksasi Crimea.

Kemudian Rusia mendukung milisi pro Rusia memberontak melawan pemerintah Ukraina. Negara-negara Baltik yang meliputi Estonia, Latvia dan Lithuania.

Negara Baltik khawatir dengan agresi militer Rusia di Ukraina dapat terjadi di negara-negara Baltik. Estonia dan Latvia memiliki jumlah etnis Rusia yang besar daripada Lithuania.

Isu diskriminasi etnis Rusia di Estonia dan Latvia membuat kedua negara khawatir etnis Rusia akan lebih loyal ke Moskow dan menjadi justifikasi Rusia untuk intervensi seperti yang Rusia lakukan di Ukraina.

Baca Juga: Efek Invasi Rusia ke Ukraina, Moskow Lebih Kuat dan Sanksi akan Pulih, Berikut Penjelasan Presiden Putin

Sedangkan Lithuania berhasil mengintegrasi etnis Rusia. Sehingga Estonia dan Latvia lebih rentan terhadap ancaman Rusia daripada Lithuania.

Menurut Rahitya Hadi Rahman dalam artikel berjudul,”Anekasasi Krimea Oleh Rusia” yang dimuat dalam https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/77804.

Mengatakan semenjak peristiwa anekasasi Krimea banyak kecaman dan sanksi dari negara-negara besar yang ditujukan kepada Rusia khususnya Amerika Serikat dan NATO.

Namun demikian, Rusia tetap melakukan tindakan aneksasi kepada Crimea karena berbagai kepentingan yang dimiliki Rusia di Crimea.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 13 Maret 2022, Andin dan Aldebaran Bersuka Cita, Askara Sudah Boleh Pulang ke Rumah

Apalagi, Crimea memiliki kota pelabuhan yang bernama Sevastopol yang merupakan tempat armada laut hitam Rusia terbesar dan menjadi poros penting dalam menjaga stabilitas kawasan Rusia.

Tidak hanya itu, saluran pipa gas Rusia dan warga yang beretnis Rusia di Crimea juga menjadi kepentingan Rusia untuk segera menyelamatkan warganya dari krisis politik yang terjadi di Ukraina.

terlebih lagi sebagian besar rakyat Crimea menginginkan lepas dari Ukraina dan memilih untuk bergabung kepada Rusia.

Hal itu dilakukan Rusia dalam mengamankan aneksasinya di Crimea, Rusia melakukan intervensi militer dan campur tangan politik.

Baca Juga: 4 Senjata Rusia, Rudal Terdahsyat untuk Invasi ke Ukraina, Ada Rudal Iskander

Intervensi militer yang dilakukan Rusia dengan mengirimkan pasukan militernya untuk menguasai wilayah darat dan menguasai perbatasan Crimea.

Kemudian secara politik Rusia menempatkan politisinya di Crimea dan melakukan legitimasi dengan menggelar referendum untuk Crimea.

Kemudian, Vladimir Putin mengesahkan dan menandatangani Undang-Undang Aneksasi yang telah disepakati oleh perdana menteri dan parlemen Crimea bahwa secara resmi Crimea bergabung dan menjadi wilayah baru untuk Federasi Rusia.***

Editor: Bagus Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler