Penjelasan Menteri Perdagangan M. Lutfi Soal Pernyataan Presiden Jokowi untuk Benci Produk Asing

5 Maret 2021, 22:11 WIB
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi /ANTARA/HO-Kemendag/pri./

PORTAL JOGJA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggaungkan ajakan cinta produk dalam negeri dan membenci produk asing. Hal ini disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan.

Pernyataan Presiden Jokowi tersebut sempat menjadi ramai diperbincangkan di media sosial. Bahkan berbagai kelompok pengusaha juga menanggapi pernyataan presiden.

Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi memaparkan makna dari benci produk impor yang disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah produk impor yang dijual di Indonesia. Namun tidak memenuhi tata niaga yang tertib.

Baca Juga: Partai Demokrat versi KLB Siap Gandeng AHY dan Penentang Lainnya, Moeldoko Ketua Umum 2021-2025

MendagLutfi memaparkan sebuah artikel dari World Economic Forum (WEF) tentang seorang pedagang hijab di Tanah Abang yang sebelumnya ia hanya menjadi penjual, kemudian mulai berekspansi dengan menjadi sebuah industri yang memproduksi hijab atau konveksi yang mempekerjakan 3.000 orang.

"Dengan jumlah karyawan 3.000 orang, pedagang itu harus membayar gaji sebesar 650 ribu dolar AS atau Rp10 miliar per tahun. Kemudian hijab yang ia produksi, terbaca oleh Artificial Intelligent (AI) milik sebuah perusahaan di luar negeri. Jadi, mereka bisa tahu bentuknya, warnanya kayak apa, harganya berapa," ujar Mendag Lutfi saat menghadiri Rapat Kerja Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang disiarkan virtual di Jakarta, Jumat 5 Maret 2021.

Baca Juga: KLB Partai Demokrat DInilai Ilegal, AHY Tegaskan Tidak Ada Dualisme Kepemimpinan

Kemudian kata Lutfi, perusahaan asing itu  memproduksinya dalam jumlah banyak dan produknya dijual di Indonesia dengan potongan harga yang jauh lebih murah atau sekitar Rp1.900 per buah. Dapat dibayangkan bahwa produk hijab yang dihasilkan oleh anak bangsa akan kalah bersaing dari sisi harga.

Padahal, lanjut Mendag, bea masuk yang dihasilkan oleh produk impor tersebut hanya 44.000 ribu dolar AS per tahun. Angka tersebut jelas lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya pedagang hijab itu untuk membayar karyawannya yang mencapai 65.000 dolar AS.

Menurutnya, mekanisme perdagangan tersebut tidak boleh terjadi oleh aturan perdagangan internasional, karena tidak memenuhi dua azas perdagangan yang tertib.

Baca Juga: Calon Pengantin Baru Bakal Terima Bantuan Rp3,55 Juta, Sesmenko PMK: Biar Tidak ada Keluarga Miskin Baru

"Ini adalah salah satu mekanisme perdagangan yang dilarang oleh international trade. Ini namanya predatory pricing. Ini yang dibenci oleh Pak Jokowi. Kita berdagang itu musti punya dua azas. Pertama adalah adil dan kedua bermanfaat," papar Mendag Lutfi yang dilansir ANTARA.

Mendag Lutfi menegaskan pernyataan Presiden Jokowi tersebut bukanlah indikasi bahwa Indonesia menganut proteksionisme dalam perdagangan internasional. Pasalnya, RI tidak pernah punya sejarah proteksionisme.

Sejak zaman sebelum kemerdekaan, Indonesia mempunyai mekanisme perdagangan keluar negeri dan membuka diri.

Baca Juga: Kasus FPI vs Polisi, 6 Mayat Jadi Tersangka! Tokoh PP Muhammadiyah: Apakah Bisa Diwakilkan?

"Kita ini bangsa pedagang, dari zaman sebelum merdeka, zaman sejak penyebaran Islam itu datang dari international trade. Kita ini selalu punya sejarah berdagang. Selain itu, proteksionisme ini dibuktikan tidak akan menguntungkan suatu negara," ungkap Mendag Lutfi.

Tetapi pada saat bersamaan, Mendag Lutfi menyebut ndonesia juga tidak mengindahkan aksi-aksi perdagangan yang tidak tertib terjadi di Indonesia.

"Yang bisa kita lakukan adalah kalau dia mau berdagang di Indonesia, harus perdagangan yang adil dan level equal playing field," tegas Mendag Lutfi.

Baca Juga: Di Sela Syuting Thor: Love and Thunder, Chris Hemsworth Pamerkan Ototnya yang Luar Biasa, Netizen Terpesona

Diketahui Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali meminta seluruh pemangku kepentingan untuk mengagungkan cinta produk Indonesia. Bukan hanya itu dia juga meminta agar didorong kampanye untuk benci produk asing.

Hal itu disampaikannya saat membuka Rapat Kerja Kementerian Perdagangan 2021, dilansir dari akun Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (4/3/2021).

"Branding harus melekat agar masyarakat lebih mencintai produk Indonesia dibandingkan produk luar negeri. Karena penduduk Indonesia, penduduk kita berjumlah lebih dari 270 juta jiwa. Seharusnya adalah konsumen yang paling loyal untuk produk-produk sendiri," katanya.

Baca Juga: Ribuan Personel Keamanan Dikerahkan untuk Menjaga Paus Fransiskus Selama Kunjungan Pertama ke Irak

Menurutnya 270 juta jiwa merupakan pasar yang sangat besar bagi sebuah negara. Pasar tersebut harus dijaga agar tidak dikuasai oleh produk-produk asing.

"Ajakan-ajakan untuk cinta produk-produk kita sendiri, produk-produk Indonesia harus terus digaungkan. Produk-produk dalam negeri gaungkan! Gaungkan juga benci produk-produk dari luar negeri," kata Jokowi.

Baca Juga: Menginjakkan Kaki di Irak, Paus Fransiskus Ditunggu Jadwal Pertemuan Padat Selama 3 Hari Kedepan

"Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk dari luar negeri," tambah Jokowi.

Dengan begitu, Jokowi yakin masyarakat Indonesia yang begitu besar akan menjadi konsumen yang loyal terhadap produk-produk Indonesia sendiri.***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler