PORTAL JOGJA - Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit mematikan di Indonesia. PemberantasAN penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini terus dilakukan.
World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah mengembangkan teknologi nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia sejak 2011 hingga saat ini di DIY.
Nyamuk ber-Wolbachia mampu mencegah transmisi virus dengue dari nyamuk ke manusia. Bakteri Wolbachia pada nyamuk mampu menekan perkembangan virus dengue di dalam tubuh nyamuk.
Baca Juga: 50 Perusahaan Saham Tercatat (Emiten) Ikuti Public Expose Secara Daring
"Hasilnya selama ini sangat signifikan. Ada penurunan 77 persen kasus dengue pada wilayah intervensi dengan nyamuk aedes aegypti ber-Wolbachia," kata Project Leader WMP Yogyakarta, Prof dr Adi Utarini dalam Konferensi Pers "Dampak Efikasi Wolbachia untuk Penurunan Dengue di Kota Yogyakarta: Hasil Akhir RCT" di Universitas Gadjah Mada (UGM), Rabu (26/8/2020).
"Penurunan ini luar biasa dari yang bisa kita hasilkan dari penelitian ini. Kami berharap penelitian ini bukan menjadi akhir, tapi justru membukakan pintu baru untuk pencegahan penyebaran dengue," katanya.
Menurutnya penelitian dengan metode randomised controlled trial (RCT) yang dilakukan WMP Yogyakarta adalah penelitian pertama dengan sampel terbesar di dunia. RCT dipilih karena ingin melakukan penelitian dengan standar ilmiah dan quality control terbaik.
Baca Juga: Besok, Presiden Akan Luncurkan Bantuan Subsidi Upah Pekerja
Ia menerangkan meski diterapkan intervensi nyamuk ber-Wolbachia di seluruh wilayah, namun tetap perlu melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk pengendalian DBD.
"Dengan persetujuan masyarakat, daerah penelitian kami bagi dua, yakni ada 12 wilayah yang kami terapkan Wolbachia dan 12 wilayah lain sebagai wilayah kontrol atau pembanding," paparnya.