Warga Temanggal Purwomartani Sleman Tolak Ganti Untung Pembangunan Tol Yogya-Solo

- 6 Desember 2020, 23:13 WIB
Warga Temanggal Purwomartani tolak ganti untung proyek jalan tol Yogya-Solo.
Warga Temanggal Purwomartani tolak ganti untung proyek jalan tol Yogya-Solo. /Bagus Kurniawan/Dok Warga Purwomartani/portaljogja.com

PORTAL JOGJA - Aksi memasang spanduk berisi tuntutan ganti untung yang layak dari proyek jalan tol Yogyakarta-Solo dilakukan sejumlah warga Dusun Temanggal I, Desa Purwomartani, Kalasan, Sleman, Minggu, 6 Desember 2020.

Desa Purwomartani Kecamatan Kalasan merupakan salah satu desa terdampak proyek jalan tol Yogya-Solo. Saat ini pemerintah telah melakukan sosialisasi terhadap warga yang tanahnya terkena proyek jalan tol. Ada banyak bidang tanah warga yang terdampak.

Mereka menuntut pemerintah daerah membayarkan ganti untung diatas harga pasar. Waga meminta harga tanah sekitar Rp8juta per meter.

Baca Juga: Presiden Jokowi Resmikan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai. Pertama Kali Teradapat Terowongan Satwa

Aksi pasang spanduk sendiri dilakukan pada Minggu pagi. Spanduk tersebut dipasang di beberapa titik salah satunya di jalan masuk kampung.

Menurut warga harga yang ditawarkan pemerintah tidak sebanding biaya yang harus dikeluarkan untuk relokasi dari tempat tinggal asal.

Budi Santosa perwakilan warga dari RT 5 RW 2 Dusun Temanggal mengatakan, hingga saat ini warga belum mengetahui secara pasti berapa besaran ganti untung yang akan diberikan pemerintah.

"Saya dengar dari dusun sebelah itu (Temanggal II), mereka diundang ke kelurahan untuk musyarawarah. Tapi begitu sampai langsung disodorin harga jual," kata Budi.

Baca Juga: Pilkada Serentak 2020, Bawaslu Sebut 8 Provinsi dan 10 Kabupaten/Kota Rawan

Menurutnya, tanah warga RT 1 RW 5 yang akan terdampak penggusuran akibat pembangunan jalan tol ini hanya dihargai dua hingga tiga juta per meter.

Warga pun meminta transparansi nilai ganti rugi yang diberikan pemerintah provinsi karena khawatir ada pemotongan biaya jual tanah hingga sampai di masyarakat.

Warga juga menuntut agar tanah mereka dibeli dengan harga yang lebih baik. Apalagi sebagian besar warga yang akan tergusur bermata pencaharian sebagai petani dan peternak ikan yang mengandalkan aliran air dari Selokan Mataram.

"Kalau bisa itu ya, semalam kami bermusyawarah, ya minimal Rp 8 juta per meter lah. Apalagi di desa sekitar sini yang tidak terdampak tol kan sudah mulai menaikkan harga tanah sampai Rp 6 juta per meter," tambah Budi.

Baca Juga: Korupsi Bansos Rp17 Miliar, Akun Instragram Mensos Juliari Batubara Mendadak Lenyap

Tidak hanya itu, mereka juga menuntut dicarikan lokasi pengganti jika memang harus menjual tanahnya dengan harga pasar.

"Lokasi kita itu kan strategis. Dekat dengan Jalan Solo. Sumber air mudah. Kalau harus cari tempat tinggal lain kan susah. Bingung mau kemana," sambung Budi

"Saya maunya fair. Karena tidak ada niat jual tanah. Sudah bersyukur hidup di sini. Kalau mau dipakai jalan tol ya tolong carikan yang lebih baik. Kami siap bedhol desa, tapi ya yang strategis," tutup Budi. ****

Editor: Bagus Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah