Beberapa desa yang hilang itu antaranya di kawasan Kecamatan Selo, Boyolali. Bahkan pesanggarahan milik Kasunanan Keraton Surakarta yang di bangun masa Paku Buwono X di Selo juga rusak parah.
Setelah peristiwa itu kemudian Pos Pengamatan Selo kemudian dipindahkan hingga ke Jrakah seperti saat ini.
Sementara itu dalam ingatan warga lereng Merapi baik di Kabupaten Magelang, Boyolali, Jawa Tengah dan Sleman, Yogyakarta masih bisa menceritakan secara lisan. Peristiwa erupsi Merapi tahun 1970-an, 1994 hingga tahun 2010.
Dalam ingatan warga, peristiwa erupsi tahun 1970-an juga mengakibatkan beberapa desa di lereng Merapi wilayah Magelang hilang. Ada banyak korban sehingga pemerintah Indonesia sempat merelokasi warga Merapi untuk transmigrasi ke Lampung. Beberapa dusun yang hilang itu diantaranya di wilayah wilayah Kecamatan Srumbung.
Baca Juga: Rekomendasi Body Mist Murah, Harga Dibawah Rp 250 Ribu
Tidak hanya itu, pasca erupsi 170-an, ada peristiwa banjir lahar yang menerjang Kali Krasak hingga mengakibatkan jembatan Krasak di perbatasan Tempel Sleman dan Kecamatan Salam Kabupaten Magelang putus total.
Jalur rel kereta api Yogyakarta-Magelang juga putus sehingga memutuskan jalur kereta api yang dibangun sejak zaman Belanda.
Saat itu, hulu-hulu sungai di sekitar Gunung Merapi juga belum dibangun dam-dama untuk menampung material Merapi. Setelah peristiwa itu, zaman Presiden Suharto kemudian dibangunlah dam-dama di Meapi agar lahar tidak menerjang saat banjir.
Peristiwa erupsi besar lainnya adalah tahun 1994 yang mengakibatkan banyak warga Turgo Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman menjadi korban. Awan panas atau wedhus gember Merapi menerjang kawasan Turgo dan sebagian obyek wisata Kaliurang Kecamatan Pakem.
Awan panas masuk ke hulu Kali Boyong hingga menerjang dusun Turgo. Akibatnya banyak warga yang jadi korban karena saat itu tengah menghadiri hajatan pengantin.