Dukung Keberagaman, UGM Miliki Rumah Ibadah Enam Agama di Lingkungan Kampus

- 21 Desember 2023, 17:43 WIB
Persemian fasilitas kerohanian yang berlokasi di Jl. Podocarpus, Sendowo
Persemian fasilitas kerohanian yang berlokasi di Jl. Podocarpus, Sendowo /Humas UGM/

PORTAL JOGJA -Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu universitas terkemuka di Indonesia yang tidak hanya dikenal karena prestasi akademiknya tetapi juga karena keragaman budaya dan toleransi agama yang diterapkan di lingkungan kampus. Dalam mendukung keberagaman ini, UGM menyediakan fasilitas tempat ibadah untuk enam agama utama yang dianut di Indonesia. 

Di samping Masjid Kampus dan Mardliyyah Islamic Center yang telah lebih dulu dibangun, Rektor UGM telah meresmikan kompleks fasilitas kerohanian yang di dalamnya terdapat dua bangunan gereja, masing-masing untuk kegiatan kerohanian agama Katolik dan Kristen Protestan, wihara untuk peribadatan agama Buddha, kelenteng untuk peribadatan agama Konghucu, serta pura untuk peribadatan agama Hindu.

Fasilitas kerohanian dibangun untuk mewadahi kegiatan-kegiatan kerohanian bagi sivitas UGM yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa. Kompleks ini diresmikan Rektor dan Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, Selasa (19/12) bertepatan dengan peringatan Dies Natalis ke-74 UGM.

“Di UGM sendiri salah satu karakter yang kita bangun adalah inklusivitas. Kita memang heterogen, sehingga itu harus diwadahi termasuk dalam hal keberagamaan,” tutur Rektor UGM, Prof. Ova Emilia.

Baca Juga: Rektor UII Sambut 18 Doktor Baru : Perkuat UII untuk Meningkatkan Kualitas

Fasilitas kerohanian ini berlokasi di Jl. Podocarpus, Sendowo, berdekatan dengan salah satu asrama mahasiswa UGM. Fasilitas tersebut berdiri pada lahan seluas 5.994 M2, di dalamnya termasuk area terbuka hijau, plaza, serta area parkir.

Masing-masing bangunan peribadatan didesain menggunakan ciri dari masing-masing agama. Dua gereja yang telah berdiri masing-masing mampu menampung hingga 100 orang. Pura mampu menampung 50 orang, sedangkan wihara dan kelenteng masing-masing dapat menampung sekitar 40 orang.

Inisiasi Pembangunan fasilitas ini dimulai pada tahun 2020, pada kepemimpinan rektor sebelumnya, Prof. Panut Mulyono. Peletakan batu pertama dilakukan pada 21 Mei 2022 di akhir masa kepemimpinannya, sementara proses pembangunan dimulai pada tanggal 24 Januari 2023 di bawah kepemimpinan rektor saat ini.

“Ini akan menjadi tempat bagi sivitas untuk berdiskusi dan mempraktikkan ibadah menurut agama dan kepercayaan masing-masing,” imbuh Rektor.

Bangunan wihara, kelenteng, dan pura telah selesai dibangun pada tanggal 19 November lalu, sedangkan gereja dan fasilitas pendukungnya diselesaikan pada tanggal 16 Desember. Pembiayaan pembangunan fasilitas tersebut menggunakan dana masyarakat sejumlah Rp25 Miliar.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x