Wisuda 687 Mahasiswa, Rektor UII Sampaikan Perspektif dalam Melihat Ketidaksempurnaan

- 27 Mei 2023, 21:53 WIB
Rektor Universitas Islam Indonesia Prof Fathul Wahid saat memberikan Pin Emas kepada mahasiswa yang lulus dengan predikat Summa Cumlaude
Rektor Universitas Islam Indonesia Prof Fathul Wahid saat memberikan Pin Emas kepada mahasiswa yang lulus dengan predikat Summa Cumlaude /istimewa/

PORTAL JOGJA - Sebanyak 687 mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) hari ini menjalani wisuda di Auditorium Prof. KH. Abdul Kahar Mudzakir, kampus terpadu UII Jalan Kaliurang Sleman, Sabtu 27 Mei 2023.

Dari 687 wisudawan tersebut sebanyak 19 ahli madia, 586 sarjana, 78 magister, dan 4 doktor. Sejak berdiri hingga saat ini, UII telah meluluskan lebih dari 120.000 mahasiswa.

Rektor UII Yogyakarta Prof Fathul Wahid dalam sambutannya usai pelaksanaan wisuda mengucapkan selamat kepada para lulusan dan keluarganya yang telah menuntaskan sebuah misi belajar.

"Ada ikhtiar terbaik yang didedikasikan. Tidak semuanya berjalan dengan lancar. Kadang ada aral yang melintang. Tetapi, alhamdulillah, dengan semangat pantang menyerah yang dilengkapi dengan dukungan dan kiriman doa tak lelah, semua berakhir dengan indah," ujar Fathul Wahid.

Baca Juga: Dukung Pembinaan Atlet, Kustini Buka Kejuaraan Taekwondo Bupati Sleman Cup 2023

Rektor UII mengingatkan kepada para wisudawan bahwa mereka adalah para pemimpin masa depan dan jangan menganggap masa depan itu mengerikan. Masa depan harus dijemput dengan suka cita dan penuh keyakinan.

"Dalam memimpin, termasuk dalam konteks memimpin diri sendiri, kadang tidak semua keadaan seperti yang kita bayangkan. Sangat mungkin, kita akan temui, misalnya, keterbatasan informasi untuk pengambilan keputusan dan keterbatasan sumber daya untuk bergerak. Saya yakin Saudara sepakat dengan saya: sangat sedikit yang sempurna dalam kehidupan ini," kata Fathul.

Menurut Fathul hal itu tentu tidak lantas menyurutkan optimisme dan menjadikan pribadi yang keahlian utamanya ada memrotes keadaan dan akhirnya lupa mengambil inisiatif. Fathul mengatakan bahwa mengharap kesempurnaan, itu juga sebuah pilihan, meski bukan tanpa tantangan dan risiko.

"Saya personal, dulunya bagian dari kelompok ini, dan selalu membayangkan yang sempurna. Namun, setelah membaca bukunya Abrahamson dan Freedman yang berjudul A Perfect Mess (Kesemrawutan yang Sempurna), berangsur saya mengadopsi perspektif baru, mulai belasan tahun lalu. Buku ini memaparkan manfaat tersembunyi dari ketidakteraturan, dalam beragam konteks, personal, rumah, sampai organisasi," lanjutnya

Rektor UII ini mengatakan ketidakteraturan sampai level tertentu seharusnya bisa ditoleransi selama tidak melanggar nilai-nilai mulia: seperti ketidakadilan, kejujuran, dan kesetaraan.

"Apa manfaat dari ketidakteraturan? Banyak. Di antaranya adalah fleksibilitas (flexibility). Ketidakteraturan memungkinkan perubahan dan adaptasi yang lebih cepat dengan biaya yang tidak banyak. Selain itu, ketidakteraturan juga membuka ruang kreativitas yang memunculkan invensi (invention) atau temuan baru," katanya.

Baca Juga: Gala Dinner Alumni Australia di Yogyakarta Rayakan 70 Tahun Beasiswa Australia di Indonesia

Fathul berpesan bahwa kita harus membuka diri dengan perspektif baru. Apa yang pada awalnya seakan tidak masuk akal, bisa jadi memberikan manfaat tersembunyi yang tidak disadari.

"Saya mengajak Saudara untuk menoleransi ketidaksempurnaan. Peradaban manusia disusun dari berjuta ketidaksempurnaan yang ditoleransi untuk saling berinteraksi. Saya yakin, jika perspektif ini diadopsi, hidup kita akan lebih berbahagia karena bisa menerima perspektif yang beragam dari manusia lain,"pungkasnya.***

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x