Tahun 2021 Pasar Mobil Listrik di Indonesia Semakin Terbuka Lebar, Persaingan Tambah Ketat

- 26 Desember 2020, 10:20 WIB
Tiga perangkat pengisi daya baterai mobil listrik Volkswagen, salah satu di antaranya yang masih diujicoba, DC wallbox. (ANTARA/Volkswagen)
Tiga perangkat pengisi daya baterai mobil listrik Volkswagen, salah satu di antaranya yang masih diujicoba, DC wallbox. (ANTARA/Volkswagen) /

Dalam Rapat Terbatas (Ratas) Kendaraan Listrik pada 2019, pemerintah melihat peluang Indonesia menjadi pemain di industri kendaraan listrik karena melihat komponen-komponen pokok untuk baterai, seperti nikel, kobalt, dan mangaan tersedia di dalam negeri.

Sumber daya ini, menurut Yannes adalah sebuah kesempatan besar bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama di sektor ini. Potensi baterai Indonesia ada di nikel (sekitar 3 miliar ton atau setara dengan 23,7 persen cadangan dunia), kobalt (sekitar 480 juta ton), dan mangan (sekitar 54 juta ton).

Permintaan akan baterai akan segera meningkat pada kisaran tahun 2023-2024. Pertumbuhannya diprediksi dapat mencapai 12 persen pada 2025 dan 23 persen pada 2030. Ini akan jadi salah satu sumber penghasil terbesar devisa negara Indonesia kelak.

Di sisi lain, meskipun berbagai regulasi dan kesempatan emas terbuka, Indonesia masih didominasi dengan kendaraan berbahan bakar fosil. Masih perlu adanya edukasi hingga sosialisasi mengenai kendaraan listrik agar bisa mendorong minat dan daya beli masyarakat Indonesia.

Baca Juga: Awas! Potensi Hujan Lebat Sampai Akhir Tahun 2020. Ini Kata BMKG

"Cara membuat harga mobil listrik bersaing di tengah pasar otomotif yang masih didominasi mobil berbahan bakar fosil, saran yang bisa disampaikan, tirulah aneka kebijakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah China ke dalam negerinya sendiri dan sudah terbukti," kata Yannes.

Menurutnya China membangun kebijakan dan strategi kendaraan listrik yang sistematis dan komprehensif demi peningkatan inovasi teknologi tersebut oleh warganya sendiri, bersama dengan penggunaannya oleh industri otomotif lokal.

China juga mendorong berbagai kebijakan, termasuk subsidi dan berbagai insentif lainnya, seperti pembebasan BBNKB, PKB, sampai skema pendanaan-perbankan.

Dilanjutkan dengan segera memulai Carbon Tax Based secara sungguh-sungguh yang secara perlahan mulai membatasi penggunaan kendaraan berbasis BBM fosil, hingga mengubah seluruh sistem transportasi publiknya menjadi kendaraan listrik.

"Ini membuat harga kendaraan listrik menjadi semakin kompetitif untuk pasar dalam negerinya," ujar Yannes.

Halaman:

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x