PORTAL JOGJA - Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurachman memerintahkan anggotanya untuk menurunkan baliho FPI dan sejumlah baliho lain yang berisi ajakan provokatif.
"Itu perintah saya, berapa kali Satpol PP turunkan dinaikkan lagi. Jadi, siapa pun di Republik ini. Ini negara hukum harus taat hukum. Kalau pasang baliho, jelas aturan bayar pajak, tempat ditentukan. Jangan seenak sendiri, seakan-akan dia paling benar."
Sikap tegas yang ditunjukan Pangdam Jaya tersebut mendapat apresiasi sejumlah pihak.
Siapa sebenarnya sosok Mayjen Dudung Abdurachman dan bagaimana kiprahnya hingga mencapai karir militer di Kodam Jaya.
Baca Juga: Gubernur Jabar Ridwan Kamil Meminta Maaf, Terkait Kerumunan Acara FPI di Megamendung Bogor
Pria kelahiran Bandung 19 November 1965 ini sejak kecil sudah membulatkan tekad ingin menjadi tentara. Profesi itu selalu terngiang karena dia hidup dan tinggal di barak. Kehidupan Dudung ketika masih remaja tidaklah mudah. Ayahnya yang bekerja sebagai PNS di lingkungan
Bekangdam III/Siliwangi meninggal saat ia masih duduk di bangku SMP.
Dudung melihat ibunya menjadi tulang punggung utama menafkahi delapan orang anak-anaknya. Ia pun mulai membantu ibunya menjajakan jajanan pasar ke Kodam Siliwangi III/Siliwangi.
Kegiatan itu pun dilakukannya tak hanya sekali dua kali, namun rutin hingga Dudung menginjak pendidikan di bangku SMA. Meski kegiatannya berbeda dengan anak-anak muda di masanya dan ia harus mengantar dagangan ibunya, Dudung pun tak merasa malu.Ia justru terpacu dan lebih giat membantu ibunya untuk menambah pundi-pundi uang dengan menjadi loper koran.
Baca Juga: BPBD Sleman Siapkan 12 Barak Pengungsi Gunung Merapi, Saat Ini Prioritas Kelompok Rentan
Saat masa taruna akmil, Dudung kerap mencuri-curi waktu untuk menjadi "kurir" ekspres bagi teman-temannya yang ingin membeli camilan.