Jubir Kemenag Sebut Gus Miftah Asbun dan Gagal Paham Soal Pedoman Penggunaan Speaker di Masjid dan Musalla

- 11 Maret 2024, 16:10 WIB
Juru bicara Kementerian Agama Anna Hasbie.
Juru bicara Kementerian Agama Anna Hasbie. /dok. Kemenag

PORTAL JOGJA – Beredarnya potongan video ceramah Gus Miftah di beberapa media sosial tentang larangan penggunaan speaker saat tadarus Al Quran pada bulan Ramadhan mendapat tanggapan serius dari Kementerian Agama.

Juru bicara Kementerian Agama Anna Hasbie menyebut Gus Miftah asbun dan gagal paham atas surat edaran tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musalla.

“Karena asbun dan tidak paham, apa yang disampaikan juga serampangan, tidak tepat,” tegas kata Anna Hasbie seperti dikutip Portal Jogja dari laman Kementerian Agama pada Senin 11 Maret 2024.

Baca Juga: Tips Kelola Biaya Operasional untuk Keuntungan Driver di Bulan Ramadan

Anna Hasbie mengimbau, Gus Miftah tidak provokatif dan membaca terlebih dulu surat edaran tentang pedoman penggunaan pengeras suara di masjid dan musalla yang dipermasalahkan tersebut.

“Sebagai penceramah, biar tidak asbun dan provokatif, baiknya Gus Miftah pahami dulu edarannya. Kalau nggak paham juga, bisa nanya agar mendapat penjelasan yang tepat. Apalagi membandingkannya dengan dangdutan, itu jelas tidak tepat dan salah kaprah,” kata Anna Hasbie tandas.

Dalam potongan video Gus Miftah saat ceramah di Bangsri, Sukodono, Sidoarjo, Jawa Timur tersebut, Gus Miftah mengkritisi larangan menggunakan speaker saat tadarus Al-Quran di bulan Ramadan dan membandingkan dengan penggunaan speaker dangdutan yang disebutnya tidak dilarang bahkan hingga jam 1 pagi.

Baca Juga: Kampoeng Ramadhan Jogokariyan Buka Hari Ini, Jangan Lupa Berburu Takjilan dan Intip Menu Buka yang Maknyus

Menurut Anna Hasbie, Kementerian Agama pada 18 Februari 2022 menerbitkan Surat Edaran Nomor SE. 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.

Edaran ini bertujuan mewujudkan ketenteraman, ketertiban, dan kenyamanan bersama dalam syiar di tengah masyarakat yang beragam, baik agama, keyakinan, latar belakang, dan lainnya.

Lebih jauh Anna Hasbie menyatakan, salah satu poin edaran tersebut mengatur agar penggunaan pengeras suara di bulan Ramadan, baik dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarrus Al-Qur’an menggunakan Pengeras Suara Dalam.

Anna menegaskan, surat edaran itu tidak melarang pengeras suara, namun untuk kenyamanan bersama, cukup menggunakan speaker dalam, bukan speaker luar.

Baca Juga: Pesan Rektor UMY Sikapi Perbedaaan Awal Ramadan: Mari Kita Saling Menghormati

“Edaran ini tidak melarang menggunakan pengeras suara. Silakan Tadarrus Al-Qur’an menggunakan pengeras suara untuk jalannya syiar. Untuk kenyamanan bersama, pengeras suara yang digunakan cukup menggunakan speaker dalam,” kata Anna Hasbie menegaskan.

Sebenarnya surat edaran tentang pedoman penggunaan pengeras suara masjid dan musalla ini bukan hal baru. Bahkan sejak tahun 1978 menurut Anna sudah ada aturan yang menyebutkan bahwa saat Ramadhan, siang dan malam hari, bacaan Al Quran menggunakan pengeras suara dalam.

"Kalau suaranya terlalu keras, apalagi antar masjid saling berdekatan, suaranya justru saling bertabrakan dan menjadi kurang syahdu. Kalau diatur, insya Allah menjadi lebih syahdu, lebih enak didengar, dan jika sifatnya ceramah atau kajian juga lebih mudah dipahami,” imbuh Anna.***

Editor: Siti Baruni

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah