Pelajaran dari Bencana Gempa Turki untuk Mitigasi di Indonesia

- 11 Februari 2023, 05:58 WIB
Pakar Kegempaan UII Prof Sarwidi
Pakar Kegempaan UII Prof Sarwidi /Istimewa/

“Sesar tersebut relatif tenang untuk jangka waktu yang cukup panjang, sehingga penumpukan energi tektonik sangat besar yang dilepaskan menjadi gempa sangat kuat tersebut,” jelas Pembina Museum Gempa tersebut.

Dari segi terjadinya peristiwa, waktu kejadian masih sangat pagi sehingga kebanyakan orang masih dalam suasana tidur. Ditambah lagi pusat gempa terjadi di darat, di mana melewati wilayah atau permukaan yang sangat padat penduduknya. Sesar Anatolia Timur ini berada di sisi wilayah yang lama tidak terjadi gempa dibanding wilayah Turki lain yang menjadi langganan gempa sehingga masyarakatnya pun cenderung menjadi lengah.

Terakhir inventor sekaligus inovator BARRATAGA dan SIMUTAGA itu memberikan pernyataan, “Tingkat keparahan korban dan kerusakan di wilayah Suriah meningkat, karena sistem penanggulangan bencana dan penegakan disiplin dalam standar membangun bangunan tahan gempa melemah akibat konflik yang berkepanjangan”.

Arsitek Didorong Desain Bangunan yang Indah Namun Tahan Gempa

Sementara itu Prof. Noor Cholis Idham, selaku Guru Besar Arsitektur UII, mengatakan ditinjau dari segi arsitekturnya, Turki dikenal sebagai negara dengan budaya dan arsitektur yang menarik dan berdiri kokoh. Gempa ini memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap bangunan-bangunan yang ada di Turki.

Pria yang juga Ketua Jurusan Arsitektur UII itu menambahkan gempa bumi Turki ini adalah gempa besar yang bersifat destruktif dengan kerusakan yang sangat besar dan tidak dapat diprediksi. Menurut Noor Cholis Idham, gempa tersebut cukup besar dan akan mengakibatkan kerusakan yang besar apabila di sekitarnya terdapat manusia dan lingkungan binaan.

Noor Cholis menjelaskan terdapat beberapa faktor kerusakan akibat gempa bumi Turki ini. Faktor pertama ialah faktor perencanaan wilayah dan tata letak ruang. Faktor ini adalah faktor yang tidak bisa kita hindari karena kepadatan penduduk.

“Secara alamiah sulit untuk dihindari karena manusia yang butuh tempat tinggal,” kata Noor Cholis.

Oleh karena itu perencanaan wilayah menjadi sangat penting. Faktor kedua adalah dari segi mikro bangunan itu sendiri. Salah satu kolega Turki beliau mengatakan bahwa bangunan-bangunan yang berada di pusat gempa (Turki Timur) memang didesain dengan kualitas yang kurang terjamin. Kualitas bangunan dipengaruhi mulai dari desain arsitekturnya hingga pada pelaksanaannya. Hal ini berbeda dengan bangunan di Turki di kawasan dekat dengan ibukota yang didesain dengan infrastruktur yang lebih maju. Faktor tersebut menjadi salah satu penyebab besarnya kerusakan infrastruktur arsitektur di daerah pusat gempa.

Ia melanjutkan infrastruktur Turki cukup identik dengan hunian 4-5 lantai yang secara teoritis cukup bagus karena memiliki ruang terbuka banyak. Akan tetapi juga bermasalah pada kualitas dan desain arsitekturnya. Menurut Noor Cholis Idham, tipe hunian seperti itu akan menciptakan ruang kosong dan biasanya hanya terdiri dari kolom saja sehingga juga akan membuat struktur bangunan yang kurang kuat.

Halaman:

Editor: Chandra Adi N


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x