Menurut WHO, nama cacar monyet disebabkan oleh virusnya yang pertama kali ditemukan pada hewan monyet pada tahun 1958.
Namun pada tahun 1970, kasusnya ditemukan pula pada manusia pertama kali di Republik Demokratik Kongo.
Gejala dari cacar monyet ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri punggung yang dipicu pembesaran kelenjar getah bening.
Gejala tersebut timbul antara 1-3 hari setelah periode invasi, yang akan ditandai dengan ruam pada bagian tubuh berikut.
- Kulit wajah (95 persen)
- Telapak tangan dan kaki (75 persen)
- Mulut (70 persen)
- Alat kelamin (30 persen)
- Konjungtiva (20 persen
Bentuk ruamnya seperti kemerahan pada kulit, lenting bernanah, lenting berair, dan papul. Hingga saat ini telah ditemukan total 92 kasus terkonfirmasi dan 28 suspek di 12 negara nonendemik cacar monyet.
Baca Juga: Gary Iskak Ditangkap Polisi Terkait Kasus Narkoba Bersama 4 Orang Temannya
Artikel ini sudah dimuat sebelumnya di Pikiran Rakyat dengan judul Kemenkes Sebut Vaksin Cacar Masih Efektif Cegah Penularan Virus Cacar Monyet
Negara-negara tersebut di antaranya Australia, Belgia, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat.
Kasus cacat monyet umumnya dialami laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama jenis.
Namun WHO hingga saat ini masih menyelidiki hipotesis yang menyebutkan cacar monyet menular melalui hubungan seksual. Untuk mengantisipasi penyebaran virus cacar monyet ini, WHO telah mengeluarkan panduan.