Lapan: Dentuman di Langit Bali Diduga Meteor Jatuh, BMKG Tidak Ada Gempa Tektonik

- 25 Januari 2021, 19:57 WIB
ilustrasi meteor jatuh
ilustrasi meteor jatuh //PIXABAY

PORTAL JOGJA - Dentuman atau suara ledakan keras misterius telah mengegerkan warga Bulengleng, Bali pada Minggu 24 Januari 2021 pagi.

Dentuman atau suara ledakan keras tersebut menimbulkan berbagai spekulasi pertanyaan mengenai asal muasal sumber dentuman keras itu.

Dentuman atau suara ledakan keras tersebut membuat warga was-was. Berbagai berspekulasi muncul diantaranya benda langit seperti meteor telah jatuh di sekitar Buleleng Bali.

Baca Juga: Chelsea Pecat Manajer Frank Lampard Setelah Rangkaian Performa Buruk The Blues

Baca Juga: Real Madrid Dikabarkan Siapkan 80 Juta Euro Plus Eden Hazard untuk Datangkan Bintang PSG Kylian Mbappe

Namun warga tidak ada yang mengetahui secara pasti asal muasal ledakan keras tersebut. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan dentuman di langit Bali diduga berasal dari meteor yang jatuh.

Sementara itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Kabid Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono menyatakan ledakan di Bali bukan terkait gempa tektonik.

Dentuman keras tersebut ternyata berhasil terdeteksi oleh sensor seismik milik BMKG Singaraja Bali.

Baca Juga: Berkali-kali Lakukan Kekerasan, Rapper Iron Ditemukan Meninggal

Baca Juga: Salut! Aktor Korea Selatan Lee Min-ho Sumbang Rp640 juta untuk Anak Korban Kekerasan

Daryono melalui akun Twitternya yang dikutip Portal Jogja menjawab melalui twitter-nya bahwa ledakan tersebut jika berasal dari benda langit maka harus sesuai dengan video yang diretweet dalam postingan tersebut.

"Jika benar bunyi ledakan di bali itu metor maka proses bunyi ledakannya semacam ini, kmd tercatat sensor BMKG sbg gelombang seismik" tulis Daryono.

Menurutnya setelah dilakukan pendalaman, dentuman keras misterius tersebut bukan merupakan aktivitas gempa bumi.

Baca Juga: Final PMGC 2020 Day 2, Sempat Terpuruk Bigetron Red Aliens (BTR RA) Kini Naik Posisi 5

Berdasarkan data tersebut, BMKG menyimpulkan bahwa dentuman tersebut merupakan anomali gelombang seismik.

"Terkait ledakan yang terjadi di Buleleng Bali, alat kami sensor seismik BMKG mencatat anomali gelombang seismik sekitar pukul 02.27.17 UTC (10.27.17 WITA)," katanya.

Menurutnya fenomena tersebut bukan merupakan gempa tektonik, karena terekam 2 sensor seismik lainnya.

"Kami meyakini bahwa fenomena ini bukan aktivitas gempa tektonik, karena 2 sensor seismik lainnya yang lokasinya relatif dekat, tidak mencatatnya sinyal tersebut bukan merupakan sinyal gempa tektonik. Sebagai tambahan informasi, sejak pukul 08.00 WITA sampai dengan saat ini tidak ada event gempa di wilayah Bali," kata Daryono.

Baca Juga: Ada Hama di Pohon Mangga, Ini Cara Paling Efektif Mengatasinya

Secara terpisah Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) mengatakan dentuman di langit Bali diduga berasal dari meteor yang jatuh.

"Bila dibandingkan dengan kejadian di Bone, ada kemiripan sehingga diduga ledakan di Buleleng juga disebabkan adanya meteor besar yang jatuh. Meteor itu menimbulkan gelombang kejut yang terdengar sebagai ledakan," kata astronom yang juga peneliti madya Lapan Rhorom Priyatikanto dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA, Senin 25 Januari 2021.

Menurut Rhorom meteor tersebut diduga memiliki ukuran awal beberapa meter, lebih kecil daripada asteroid Bone.

Baca Juga: 8 Tips Menanam Kelengkeng Merah Agar Cepat Berbuah Lebat

Meteor yang telah mencapai permukaan bumi tidak berpotensi bahaya. Benda antariksa itu tidak mengandung unsur radioaktif yang membahayakan, mineral yang terkandung dalam meteor pun tidak berbahaya bagi lingkungan.

Menurutnya getaran tersebut memiliki intensitas sekitar 1,1 magnitudo. Berdasarkan informasi tersebut, memang ada kemungkinan bahwa kejadian tersebut merupakan kejadian benda jatuh antariksa.

Rhorom mengatakan sistem pemantauan orbit.sains.lapan.go.id tidak menunjukkan adanya benda artifisial atau sampah antariksa yang diperkirakan melintas rendah atau jatuh di wilayah Indonesia. Hal itu memperbesar kemungkinan bahwa kejadian yang teramati di Buleleng berkaitan dengan benda alamiah.

Baca Juga: 4 Jalur Mudah mendapatkan Beasiswa ke Negeri Ginseng!

Meteor berukuran besar atau dikenal juga sebagai bolide atau fireball bisa jadi masuk ke atmosfer, terbakar, dan jatuh di dekat Buleleng.

Dalam prosesnya, meteor tersebut dapat memicu gelombang kejut hingga suara dentuman yang bahkan terdeteksi oleh sensor gempa.

Sebagian besar meteor terbakar di atmosfer dan bisa jadi ada sebagian kecil yang tersisa dan jatuh ke permukaan bumi (darat atau laut). Fragmentasi meteor besar juga jamak terjadi ketika meteor tersebut mencapai ketinggian sekitar 100 kilometer di atas permukaan bumi.***

 

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah