Waspada dan Siaga Nenghadapi Dampak La Nina di Tahun 2021

31 Desember 2020, 13:03 WIB
Ilustrasi fenomena La Nina yang akan terjadi di Indoensia pada Oktober 2020 hingga Maret 2021 mendatang. /Unsplash/ Lucy Chian./

PORTAL JOGJA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan sebanyak 85 persen dari zona musim di wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan menjelang akhir Desember 2020.

Terkait bencana hidrometeorologi merupakan bencana menahun yang kerap terjadi, baik pada musim hujan, transisi, maupun kemarau.

Memasuki tahun 2021, fenomena La Nina dperkirakan bakal terjadi hingga beberapa bulan ke depan.

Baca Juga: Tahun Baru Gisel Tanpa Gempi. Maaf ya, Mama Jauh Sekali Dari Sempurna

Baca Juga: Pendakian Gunung Merapi di Malam Tahun Baru Masih Dilarang

Fenomena La Nina adalah anomali iklim global yang ditandai oleh suhu permukaan laut Samudra Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya. Fenomena La Nna terjadi sejak awal Oktober 2020 diprakirakan berlangsung hingga Mei 2021.

Akibat kondisi tersebut mempengaruhi curah hujan di wilayah Indonesia.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer dan prakiraan curah hujan bulanan, hingga Maret 2021 musim hujan diprakirakan masih bersifat "normal" sampai "atas normal" dan cenderung lebih basah dibandingkan dengan musim hujan tahun lalu.

Baca Juga: Pulihkan Data di Android Pakai 5 Aplikasi Ini Saat File Terhapus dan Hilang

Baca Juga: FPI Dibubarkan, Hendropriyono: Provokator dan Organisasi Pelindung Tunggu Giliran

Ia memaparkan beberapa daerah berpotensi menghadapi curah hujan dengan kategori tinggi, 300 sampai 500 mm per bulan, selama periode enam bulan ke depan.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal dikutip Portal Jogja dar Antara, memerinci, curah hujan tinggi pada Januari hingga April 2021 berpeluang terjadi di bagian barat Sumatera, sebagian besar Jawa, sebagian Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), bagian tengah-utara Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Pada Mei hingga Juni 2021, curah hujan tinggi berpotensi mengguyur bagian utara Kalimantan, sebagian Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku, Papua Barat bagian utara, dan Papua bagian tengah.

Baca Juga: Tahun Baru Di Rumah Aja, Simak Deretan Film Seru 'Train to Busan' hingga 'Perempuan Tanah Jahanam'

Menurut prakiraan BMKG, secara umum curah hujan pada bulan Januari, Februari, dan Maret 2021 berkisar 200 sampai 500 mm per bulan atau cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pada tahun 2020.

Namun sebagian Sulawesi Tenggara, Papua Barat, dan Papua diprakirakan bisa mendapatkan curah hujan bulanan lebih dari 500 mm per bulan.

BMKG memprakirakan pada tahun 2021 beberapa daerah menghadapi peningkatan curah hujan 40 persen hingga 80 persen dibandingkan pada tahun 2020.

Peningkatan curah hujan 40 persen sampai 80 persen berpotensi terjadi di Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Banten bagian selatan, sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan Timur dan Utara, wilayah Sulawesi kecuali Sulawesi Selatan, Maluku dan Maluku Utara, serta Papua Barat dan sebagian Papua.

Baca Juga: Satpol PP DIY dan TNI Polri Akan Jaga Pintu Gerbang Obyek Wisata, Cegah Perayaan Tahun Baru

Peningkatan curah hujan meningkatkan peluang kejadian banjir pada Januari sampai Maret 2021, khususnya di Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

Menurut Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia pada bulan Juni-Juli-Agustus.

Pada bulan September-Oktober-November, La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah tengah hingga timur Indonesia.

Sedangkan pada Desember-Januari-Februari serta Maret-April-Mei, La Nina mempengaruhi peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian timur.

Baca Juga: Ini 3 Jenis BLT atau Bansos yang Disalurkan 4 Januari 2021 Nanti

Menurut BMKG, saat terjadi La Nina curah hujan umumnya meningkat 20 persen hingga 40 persen dibandingkan dalam keadaan normal.

Namun, ada juga daerah-daerah yang peningkatan curah hujannya melampaui 40 persen akibat La Nina.

Saat La Nina kuat terjadi pada tahun 2010, bagian wilayah Indonesia seperti Sumatera bagian selatan, Jawa, bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan sebagian Kalimantan menghadapi curah hujan ekstrem tinggi, terutama pada periode Maret-April-Mei hingga September-Oktober-November.

Baca Juga: Mantan Rektor Undip Muladi Meninggal Karena Covid-19, Akan DImakamkan di Semarang

Hal senada juga diungkapkan Kepala Pusat Informasi Meteorologi Publik BMKG Fachri Radjab mengatakan bahwa bencana hidrometeorologi sering terjadi pada musim hujan dan kemarau serta pada masa peralihan musim.

Bencana banjir dan tanah longsor berpotensi terjadi selama musim penghujan. Hujan lebat singkat disertai angin kencang yang menandai masa peralihan musim juga bisa menyebabkan bencana.

"Sedangkan di musim kemarau, potensi bencana yang dihadapi berupa kebakaran hutan dan lahan dan gelombang tinggi," kata Fachri.

Menurut prakiraan BMKG, peluang munculnya titik panas indikasi kebakaran hutan dan lahan secara umum rendah pada bulan Januari hingga Maret 2021.

Baca Juga: Tolak Kasus Melebar, Kubu Teddy Minta Anak-Anak Sule Berikan Hak Orang Lain. Gak Akan Miskin, Kok.

Namun demikian, daerah seperti Riau yang sering menghadapi kebakaran hutan dan lahan pada bulan Februari dan Maret mesti tetap waspada.

Kewaspadaan terhadap kemungkinan terjadi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera mesti ditingkatkan Mei dan Juni 2021, saat curah hujan diprakirakan lebih rendah dari normal.***

Editor: Bagus Kurniawan

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler