2.Bilang kepada anak untuk jangan mudah percaya bila disanjung orang tak dikenal atau baru dikenal secara online. Jelaskan pada anak untuk waspada karena predator online biasa menggunakan sanjungan untuk mencoba memulai hubungan dengan remaja.
3.Pandulah anak untuk jangan bicarakan hal yang terlalu pribadi, termasuk pembicaraan seksual. Anak harus mengakhiri percakapan yang menjurus kepada hal seksual atau pribadi yang dapat digunakan untuk memeras. Begitu anak terseret ke dalam percakapan (atau suatu hubungan), akan lebih sulit untuk dihentikan.
4.Ingatkan anak bahwa orang tidak selalu seperti yang mereka katakan. Predator online yang berusia jauh lebih tua dari anak biasanya berpura-pura menggunakan foto atau identitas anak-anak dan remaja lain untuk berhubungan dengan anak secara online.
5.Orang tua harus menekankan pentingnya untuk jangan pernah anak mengatur untuk bertemu dengan seseorang yang ia temui secara online. Predator online mungkin mencoba mengatur pertemuan tatap muka dengan seorang anak atau remaja. Jangan tertipu meskipun orang tersebut tampak baik, menarik dari fotonya, itu bisa merupakan kamuflase.
6.Mintalah anak untuk segera berbicara dengan orang tua, guru atau orang lain yang terpercaya ketika ada yang membuatnya merasa tidak nyaman saat online. Orang tua harus segera mengecek dan menyimpan email atau komunikasi terkait hal tersebut karena mungkin diperlukan sebagai bukti.
Orang tua dan anak dapat melaporkan kecurigaan atas predator online kepada patrolisiber.id atau kpai.go.id.***