Baca Juga: Pembalap KTM Miguel Oliveira Juara MotoGP Indonesia di Sirkuit Mandalika Lombok
Logam bengkok di balkon, pecahan jendela, kayu, logam, dan puing-puing lain yang tercecer di antara gedung-gedung hangus adalah pemandangan di setiap sudut kota.
Sekitar 400.000 orang terjebak di kota pelabuhan strategis Laut Azov itu selama lebih dari dua minggu.
Warga yang tersisa hanya bisa berlindung dari bombardier serangan dengan pasokan pusat listrik, pemanas, dan air yang sengaja diputus Rusia.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pada Jumat, 18 Maret, pasukannya akan ambil alih kendali di sekitar Mariupol. Dia juga menyatakan pertempuran telah mencapai pusat kota.
Tanpa air mengalir atau pemanas, pengungsi menciptakan tungku supaya bisa memasak makanan apa pun yang dapat mereka temukan di sekitar.
Baca Juga: Informasi Jadwal Vaksin Booster Covid-19 di Wilayah Sleman dan Yogyakarta
Dikutip dari Channel News Asia, Sabtu, 19 Maret 2011, juru bicara warga mengatakan tidak ada yang menyangka wilayah Ukraina akan digempur Rusia.
"Dia jadi korban, padahal dia memiliki paspor Rusia dan kewarganegaraan Rusia," kata Alexander, menunjuk ke arah ibu dari istrinya yang sedang terbaring.
Pria berusia 57 tahun itu mengatakan mertuanya lahir pada tahun 1936 dan selamat dari pengepungan Leningrad, pengepungan Nazi selama 900 hari di kota yang kini disebut St Petersburg.